1979-11-17 Kunjungi Srilanka, Presiden Soeharto Tekankan Kerjasama Kedua Negara Ciptakan Perdamaian Dunia

Kunjungi Srilanka, Presiden Soeharto Tekankan Kerjasama Kedua Negara Ciptakan Perdamaian Dunia

SABTU, 17 NOVEMBER 1979 Presiden Soeharto dan rombongan pagi ini tiba di lapangan udara Kolombo, Katunayake, dan disambut oleh Presiden Republik Demokrasi Sosialis Sri Lanka dan Nyonya Jayewardene, serta para pejabat tinggi lainnya. Setelah memeriksa barisan kehormatan, Presiden dan rombongan menuju istana kepresidenan.
Sore ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan Presiden Jayewardene. Fokus pembicaraan mencakup masalah-masalah bilateral dan internasional. Dalam pembicaraan tentang masalah internasional, kedua pemimpin telah menyinggung penyelesaian masalah Kamboja; dalam hal ini Presiden Jayewardene ingin mengetahui pandangan Indonesia. Menyangkut hubungan bilateral, kedua negarawan membahas cara-cara untuk meningkatkan hubungan perdagangan. Antara lain telah disinggung mengenai kemungkinan bagi Sri Lanka untuk mengimpor semen, baja, dan kayu dari Indonesia.
Untuk menghormat kunjungan Presiden dan Ibu Soeharto di negerinya, malam ini Presiden dan Nyonya Jayewardene mengadakan jamuan makan malam di istana. Dalam jamuan yang juga dihadiri oleh Perdana Menteri dan Nyonya Premadasa itu, Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa sebagai sesama bangsa yang sedang membangun, kita perlu terus berusaha untuk memperluas bidang-bidang kerjasama, khususnya di bidang ekonomi dan sosial, demi kemanfaatan dan kemajuan bersama. Pembangunan ekonomi dan sosial ini merupakan perjuangan utama, sebab tanpa itu kemerdekaan nasional yang kita miliki, tidak mendatangkan kesejahteraan rakyat. Karena besarnya hambatan yang kita hadapi, maka kita berĀ­ sama-sama semua negara yang sedang membangun perlu terus memupuk kesetiakawanan yang nyata untuk memastikan terwujudnya tata ekonomi dunia baru.
Selanjutnya Presiden Soeharto menegaskan bahwa kita perlu terus bergandengan tangan dalam mengusahakan terciptanya perdamaian dunia yang mantap.
Sebab, demikian Kepala Negara, tanpa perdamaian, maka pembangunan masyarakat kita akan selalu terganggu. (AFR).

_____________________________

Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 225-226. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.