1980-02-27 Presiden Soeharto Resmikan Rehabilitasi Tanjung Lombok Paska Gempa dan Tinjau Sejumlah Proyek di NTB

Presiden Soeharto Resmikan Rehabilitasi Tanjung Lombok Paska Gempa dan Tinjau Sejumlah Proyek di NTB[1]

RABU, 27 FEBRUARI 1980 Presiden dan Ibu Soeharto hari ini meninggalkan Jakarta menuju Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Sulawesi Selatan, dalam rangka kunjungan kerja di kedua daerah itu. Setiba di NTB pagi ini, Presiden mengunjungi Kecamatan Tanjung, Lombok, dalam rangka meresmikan selesainya pembangunan kembali daerah ini dari kerusakan yang disebabkan oleh bencana gempa bumi.

Dalam amanatnya kepada masyarakat Tanjung Lombok, Kepala Negara menegaskan kembali bahwa pembangunan adalah usaha besar-besaran untuk mengubah nasib kearah yang lebih baik. Oleh sebab itu pembangunan harus membuat rakyat lebih sejahtera. Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan yang tidak memperbaiki kesejahteraan rakyat tidak akan ada artinya dan tidak ada gunanya bagi rakyat dan bangsa Indonesia.

Presiden mengharapkan Kota Tanjung dapat hidup kembali karena sangat penting artinya sebagai pusat perekonomian Lombok bagian utara yang menghasilkan kacang-kacangan, beras, kopra, bawang. Daerah NTB, kata Presiden, mempunyai kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang.

Dalam kunjungan ini Presiden Soeharto disertai oleh beberapa orang menteri. Selain meresmikan dan meninjau Tanjung, Presiden dan rombongan juga meninjau proyek Irigasi Batujai dan peternakan belut. Waduk Batujai yang terletak di areal kritis Lombok Tengah bagian Selatan, merupakan salah satu proyek yang dibangun untuk meningkatkan irigasi di Kabupaten Lombok Tengah bagian Selatan.

Selesai meninjau Batujai, Presiden dan rombongan meninjau proyek peternakan belut di desa Penunjak, Kecamatan Proya Barat, Kabupaten Lombok Tengah. Selanjutnya Presiden meneruskan perjalanan menuju kota Mataram. Sebelum mencapai Mataram, Presiden sempat pula meninjau BUUD/KUD “Wajar” di desa Peninjauan Narmada. BUUD/KUD ini merupakan KUD model yang merupakan salah satu BUUD/KUD terbaik di Nusa Tenggara Barat.

Tak pula luput dari peninjauan Kepala Negara adalah Balai Petemakan Bertais, lebih kurang enam kilometer dari kota Mataram. Sebahagian dari sapi pejantan yang terdapat di balai petemakan itu berasal dari sumbangan Presiden. (AFR)

____________________

[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 267-268. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.