Presiden Soeharto Sampaikan Nota Keuangan[1]
SENIN, 5 JANUARI 1981 Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menyampaikan Keterangan Pemerintah tentang Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 1981/1982 di depan sidang paripuma DPR. Dalam pidato pengantarnya, Kepala Negara mengemukakan bahwa dalam tahun 1980 pertumbuhan ekonomi kita cukup menggembirakan. Dalam tahun yang baru lalu itu tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai sekitar 7%. Da1am tahun 1979 pertumbuhannya baru mencapai sekitar 4,9% saja.
Karena itu dikatakan oleh Presiden bahwa menjelang kita memasuki tahun ke-3 Pelita III sekarang, kita memiliki landasan yang bertambah kuat untuk pertumbuhan selanjutnya. Dalam tahun 1980 itu, Indonesia mempakan salah satu diantara dua negara yang naik tingkat pertumbuhan ekonominya di Asia sebelah timur jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masing-masing dalam tahun 1979. Dengan kata lain, sementara negara-negara lain mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonominya, Indonesia justru mengalami kenaikan. Hal ini terutama menonjol sekali dalam bidang pangan, terutama beras. Ekonomi Indonesia juga tampak semakin kuat ditinjau dari segi neraca pembayaran.
Mengenai kebijaksanaan anggaran, Presiden menjelaskan bahwa kita tetap mendasarkan APBN 1981/1982 pada prinsip anggaran belanja yang berimbang, karena prinsip inilah salah satu alat pokok untuk mengendalikan inflasi. Namun karena kita harus mampu meningkatkan kegiatan pembangunan kita, maka kita harus berusaha untuk meningkatkan penerimaan, dan meningkatkan tabungan Pemerintah, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan pengeluaran khususnya pengeluaran pembangunan. Namun demikian, usaha untuk meningkatkan penerimaan itu harus dilakukan dengan mamanfaatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat kita capai, yang sekaligus diarahkan untuk memperlancar pemerataan.
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam RAPBN Tahun 1981/1982, penerimaan dan pengeluaran akan berimbang dengan jumlah Rp13,9 triliun. Dari penerimaan tadi, maka penerimaan dalam negeri akan berjumlah lebih dari Rp12,2 triliun. Sedangkan sisanya, lebih dari Rp1,6 triliun, berasal dari bantuan luat negeri yang berupa bantuan program dan bantuan proyek. Dari penerimaan dalam negeri sebesar Rp12,2 triliun itu, sekitar Rp7 ,5 triliun akan digunakan untuk pengeluaran rutin. Dengan demikian kita akan memiliki Tabungan Pemerintah sebesar lebih dari Rp4,7 triliun, yang seluruhnya akan digunakan unruk membiayai pembangunan. Selanjutnya dikatakan bahwa dengan tambahan bantuan dari luar negeri sebesar Rp1,6 triliun lebih, maka pengeluaran pembangunan kita akan mencapai lebih dari Rp6,3 triliun.
Pada kesempatan itu, Presiden juga mengumumkan jumlah penduduk Indonesia berdasarkan basil Sensus Penduduk 1980. Tercatat babwa dalam tahun 1980 penduduk Indonesia berjumlah 147.383,075 jiwa yang terdiri dari 73.230.745 laki-laki dan 74.152.330 wanita. Adapun tingkat pertumbuhan rata-ratanya adalah 2,34% setahun. (AFR)
______________________
[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 384. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003