1981-02-09 Presiden Soeharto Resmikan Masjid Sabilal Muhtadin dan Buka Konferensi Nasional PWI di Banjarmasin

Presiden Soeharto Resmikan Masjid Sabilal Muhtadin dan Buka Konferensi Nasional PWI di Banjarmasin[1]

SENIN, 9 FEBRUARI 1981 Presiden dan Ibu Tien Soeharto hari ini mengadakan kunjungan kerja ke Kalimantan Selatan untuk meresmikan Masjid Sabilal Muhtadin dan pembukaan Konferensi Kerja Nasional PWI di Banjarmasin.

Dalam amanatnya Kepala Negara mengatakan bahwa masjid dan pers kedua-duanya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat kita dan kedua-duanya juga merupakan kekuatan penggerak pembangunan. Dan pembangunan lahir batin masyarakat itu merupakan pusat medan juang kita dewasa ini, merupakan tempat kita menggantungkan harapan kehidupan maju dan sejatera. Pembangunan masjid ini merupakan salah satu bukti yang nyata, betapa kita dengan secara sungguh-sungguh, berusaha membangun kehidupan agama sebagai usaha pembangunan bangsa secara keseluruhan.

Kepala Negara mengatakan bahwa dengan menyaksikan Masjid Sabilal Muhtadin ini benar-benar membuat hati kita gembira dan bangga, karena ia bukan hanya megah akan tetapi juga indah. Masjid adalah sarana penting bagi kehidupan beragama kaum muslimin. Ini berarti bahwa wujud kegiatan umat Islam yang diselenggarakan dalam dan dari masjid justru jauh lebih penting dari wujud bangunan masjid itu sendiri.

Berbicara mengenai peranan pers nasional, Kepala Negara mengatakan bahwa pers telah tumbuh dan menempatkan diri pada posisi yang strategis dalam kehidupan masyarakat. Setapak demi setapak pers telah dapat menjadikan dirinya sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia modem. Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa dalam beberapa hal, kekuatan dan kemampuan pers dapat melebihi Pemerintah, karena setiap hari dengan daya kecepatan dan penyebaran yang luar biasa, pers dapat menyampaikan berita dan pandangan mengenai segala kejadian di sekitar kita, di seluruh wilayah tanah air, malahan di setiap penjuru dunia. Selanjutnya Presiden mengatakan bahwa kekuatan dan kemampuan yang demikian besar itu tentu harus berada di tangan orang-orang yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar pula. (AFR)

_____________

[1] Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 395. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.