Resmikan 9 Proyek di Aceh, Presiden Soeharto: Pembangunan Perlu Pengerahan Semua Sumberdaya[1]
SENIN, 8 JUNI 1981 Pagi ini secara sekaligus Presiden meresmikan sembilan proyek pembangunan di Daerah Istimewa Aceh. Acara peresmian dipusatkan di gedung Keuangan Negara Banda Aceh yang baru saja selesai dibangun. Keseluruhan proyek yang diresmikan Kepala Negara itu bernilai Rp20 miliar.
Dari keseluruhan proyek itu terdapat satu gedung perkantoran, yaitu gedung Keuangan Negara, dan sebuah sarana kebudayaan, yang diberi nama “Anjung Mon Mata”. Selain itu, dua proyek PLTD, masing-masing sebuah di Banda Aceh dan Lhokseumawe, serta dua sentral telepon otomat, untuk Sigli dan Banda Aceh. Yang lainnya adalah proyek jalan Banda Aceh-Lhokseumawe, proyek air bersih di Banda Aceh, dan proyek perumahan Perumnas.
Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa selain berusaha memelihara hasil yang sudah ada, kita juga harus terus bekerja keras untuk melanjutkan usaha-usaha pembangunan, baik dalam bidang jasmaniah maupun rohaniah. Hal ini karena, menurut Presiden, pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu kehidupan kita yang hams terus menerus kita lakukan.
Selanjutnya dikatakan bahwa kelangsungan dan kelanjutan kegiatan pembangunan itu terlebih-lebih penting karena kita tidak mungkin mencapai kesemuanya itu sekali jadi. Bangsa Indonesia adalah besar dan majemuk dan mendiami wilayah yang luas. Untuk mencapai kemajuan dan pemerataan, mutlak diperlukan pengarahan dan pengerahan semua sumber daya yang ada seefektif dan seefisien mungkin. Demikian antara lain dikatakan Presiden.
Setelah meresmikan proyek-proyek tersebut, sore ini juga Kepala Negara dan rombongan kembali ke Jakarta. (AFR)
____________________
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 434-435. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003