1986-11-29 Presiden Soeharto Menerima Surat Kepercayaan Dubes Singapura, Yordania dan Mongolia

Presiden Soeharto Menerima Surat Kepercayaan Dubes Singapura, Yordania dan Mongolia

SABTU, 29 NOVEMBER 1986 Mulai pukul 09.00 sampai 11.00 pagi ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto secara berturut-turut menerima surat-surat kepercayaan tiga orang duta besar dari negara-negara sahabat. Mereka adalah Duta Besar Barry Desker dari Singapura, Duta Besar Nayef Khalid Mawla dari Yordania, dan Duta Besar Buyantyn Dashtseren dari Mongolia.
Menyambut pidato Duta Besar Desker, Presiden Soeharto mengatakan Indonesia menganggap sangat penting setiap usaha untuk terus meningkatkan hubungan persahabatan yang telah ada antara Indonesia dan Singapura sebagai negara tetangga dan sesama negara anggota ASEAN. Selanjutnya dikatakannya bahwa kemajuan kerjasama ASEAN dalam berbagai bidang telah meningkatkan citra ASEAN sebagai suatu organisasi regional yang diperhitungkan dalam percaturan internasional.

Sementara itu, Presiden menyatakan kegembiraannya atas kehadiran Nayef Khalid Mawla, karena ia adalah duta besar pertama Kerajaan Yordania yang berkedudukan di Jakarta. Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa peristiwa ini menandai babak baru yang penting dalam hubungan antara kedua negara. Dengan adanya seorang duta besar yang berkedudukan di Jakarta ini, Presiden mengharapkan bahwa hubungan yang telah ada akan lebih meningkat lagi.
Kepada Duta Besar Republik Rakyat Mongolia, Kepala Negara mengatakan bahwa dalam situasi perekonomian dunia yang sulit ini, bangsa Indonesia terns berjuang keras membangun negaranya untuk mengisi kemerdekaan nasional. Dalain usaha memperlancar pelaksanaan pembangunan itu, Indonesia memandang perlu untuk memanfaatkan setiap kesempatan untuk bekerjasama dengan semua bangsa di dunia tanpa. mempermasalahkan struktur sosial politik yang dianut. Diungkapkan pula oleh Presiden, keyakinan Indonesia bahwa dengan kerjasama atas dasar persamaan dan saling menguntungkan, kita dapat membebaskan umat manusia dari peperangan maupun keterbelakangan. (AFR)

____________________

Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988”, hal 533-534. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.