Menerima Presiden Bangladesh, Presiden Soeharto Setujui Pengiriman Tenaga Ahli Perminyakan[1]
RABU, 14 JANUARI 1987 Pada jam 10.30 pagi ini, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan resmi selama dua jam dengan Presiden Bangladesh, Hussain Muhammad Ershad, di Istana Merdeka.
Seusai pertemuan itu Presiden Hussain Muhammad Ershad mengatakan kepada pers bahwa Presiden Soeharto menyetujui untuk mengirimkan tenaga-tenaga ahli perminyakan Indonesia untuk membantu usaha eksplorasi minyak dan gas bumi di Bangladesh. Presiden Soeharto juga menjanjikan bantuan teknis di masa mendatang, sesuai dengan kemampuan Indonesia, jika diperlukan.
Dalam pembicaraan yang berlangsung dalam suasana penuh persahabatan itu, kedua pemimpin juga membicarakan berbagai kerjasama bilateral lainnya, serta masalah-masalah regional dan internasional.
Dalam pertemuan itu Presiden Soeharto juga menjelaskan kepada tamunya bahwa Indonesia nanti akan berswasembada di bidang serat jute, sehingga tidak perlu lagi mengimpor karung. Dalam hubungan ini Kepala Negara menjelaskan bahwa swasembada ini akan tercapai karena sejak dua tiga tahun lalu Indonesia menggalakkan penanaman serat di tanah rawa yang terlantar, dan kini sudah mulai menunjukkan hasil yang baik. Hal ini perlu dijelaskan oleh Presiden mengingat Indonesia selama ini banyak mengimpor karung dari Bangladesh. (AFR)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988”, hal 563-564. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003