1987-02-04 Pimpin Sidang Kabinet, Presiden Soeharto Bahas BUMN, Neraca Perdagangan dan Pertanian-Perikanan

Pimpin Sidang Kabinet, Presiden Soeharto Bahas BUMN, Neraca Perdagangan dan Pertanian-Perikanan[1]

RABU, 4 FEBRUARI 1987 Pagi ini mulai jam 10.00, selama lebih dari dua jam Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha. Didalam sidang, Kepala Negara menginstruksikan kepada seluruh departemen yang mengelola BUMN agar melaporkan keadaannya dalam bulan Februari ini juga. Dari laporan tersebut nanti akan diputuskan mana-mana BUMN yang akan melanjutkan usahanya dan mana yang akan dialihkan kepada pihak swasta. Instruksi ini merupakan tindak lanjut dari petunjuknya yang disampaikan dalam sidang kabinet paripurna tanggal 27 Desember 1986.

Diungkapkan kepada sidang, laju inflasi selama bulan Januari 1987 mencapai 0,35%; ini disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok perumahan, sandang, aneka barang dan jasa, sementara kelompok makanan mengalami penurunan sebesar 0,07%. Dengan demikian tingkat inflasi dari bulan April 1986 hingga Januari 1987 adalah 7,65%. Sedangkan laju inflasi dalam periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar 5,39%.

Dilaporkan pula bahwa neraca perdagangan menunjukkan bahwa ekspor berjumlah US$1.079,4 juta dan impor sebesar US$929,2 juta. Dengan demikian terdapat surplus sebesar US$150,2 juta.

Sementara itu dilaporkan bahwa sekalipun menghadapi situasi ekonomi dunia yang begitu berat, tetapi bidang industri secara keseluruhan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Nilai produksi dari aneka industri, industri mesin dan logam dasar serta kimia dasar menunjukkan kenaikan dibanding dengan angka bulan Desember tahun 1985. Demikian pula pertumbuhan industri pengolahan meliputi migas, timah, gula; obat-obatan, beras, pesawat terbang, dan kereta api menunjukkan angka yang meningkat. Produksi dari industri yang termasuk pengadaan bahan-bahan strategis seperti pupuk, semen, kertas, garam, minyak goreng, dan baja juga mengalami kenaikan dan dapat dikendalikan secara mantap oleh pemerintah.

Dalam bidang pertanian dilaporkan bahwa usaha untuk meningkatkan produksi beras dalam memasuki musim tanam 1986/1987 perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat menghambat tercapainya angka target produksi tahun 1987, yaitu 27.348 juta ton. Usaha-usaha yang dilakukan. Departemen Pertanian ialah melalui ekstensifikasi dan intensifikasi .

Mengenai pengadaan dan pemasaran nener (anakan bandeng) dilaporkan adanya kenaikan potensi di 19 provinsi, yaitu 1,5 miliar nener. Kenaikan itu terutama di Aceh Sejumlah 550 juta ekor, Bali 157 juta ekor, Sulawesi Selatan 198 juta ekor, NTB 167 juta ekor dan juga di provinsi-provinsi lainnya. (AFR)

__________________

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988”, hal 572-573. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.