Lantik 14 Dubes, Presiden Soeharto Tekankan Peningkatan Ekspor Non Migas[1]
SENIN, 31 AGUSTUS 1987 Empat belas duta besar dilantik oleh Presiden Soeharto dalam suatu upacara pagi ini di Istana Negara. Keempatbelas duta besar itu adalah Mayjen. (Purn.) Nasrun Syahrun untuk Turki, Marsda. Rusman untuk Australia, Drs KH. Pudjiwinarto untuk Tunisia, A Kobir Sasradipoera MA untuk Bulgaria, HR Enap Suratman untuk Cekoslowakia, Rony H Kurniadi untuk Vatikan, Letjen. (Purn.) Yogi Supardi untuk Jepang, Drs Suwarno Danusutejo untuk Brazil merangkap Peru, Bolivia, dan Columbia, Teuku Mochtar Thajeb untuk Ethiopia, Drs Yudo Sumbono untuk Venezuela merangkap Trinidad dan Tobago, David Napitupulu untuk Mexico dan Kuba, Sanadji untuk Korea Utara, Ambiar Tamala untuk Polandia, dan Drs Rachadi Iskandar untuk Italia merangkap Malta.
Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa untuk mampu melanjutkan pembangunan, kita harus berhasil dalam mengambil langkah-langkah yang telah kita tetapkan, seperti peningkatan ekspor non-migas, peningkatan arus wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, dan menarik penanaman modal. Oleh sebab itu Presiden Soeharto meminta agar para duta besar dalam melaksanakan tugasnya juga harus aktif berusaha mengembangkan kerjasama ekonomi dengan negara-negara tempat mereka bertugas, khususnya dalam menarik modal, meningkatkan ekspor non-migas, dan meningkatkan arus wisatawan. (AFR)
_______________________
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988”, hal 641. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003