Bekasi, 21 Mei 1998
Yth.
Bapak H. M. Soeharto
di Jl. Cendana No.8
Jakarta 10350
MANUSIA TERKADANG KHILAF [1]
Dengan hormat,
Begitu saya mendengar dan melihat siaran langsung pernyataan Bapak untuk berhenti sebagai presiden RI, saya terharu. Inipun pasti juga dirasakan oleh sebagian warga negara yang masih mempunyai hati nurani.
Saya memang mendukung reformasi menyeluruh. Hanya saja saya tidak habis mengerti, mengapa acara yang begitu bersejarah itu sangat-sangat sederhana. Tidak ada ucapan terima kasih sepatah pun yang ditujukan kepada Bapak, yang telah memimpin bangsa ini selama 32 tahun.
Sesungguhnya, berapa pun kesalahan seseorang, masih bisa dicari kebaikan dan kelebihan Bapak. Saya ingat ketika masih di kelas 6 SD, begitu gagahnya Bapak menyatakan perang terhadap G 30 S/PKI. Ingat itu saya menangis, saya bayangkan perasaan Bapak saat itu. Saya ingat betul, bagaimana susahnya orangtua saya mencari sesuap nasi saat itu, karena perekonomian Indonesia begitu terpuruk.
Hari ini (21 Mei 1998), ketika Bapak menyatakan berhenti sebagai presiden RI, adalah hari Kenaikan Isa Almasih, yang saya yakini sebagai Tuhan dan pengantara saya, maka saya berdoa secara khusus kepadaNya, semoga Bapak dan keluarga menerima ini dengan tabah, dan Tuhan selalu melindungi Bapak dan keluarga.
Dengan tulus saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak dan juga keluarga Bapak, yang sudah membawa banyak kemajuan bagi negara dan bangsa ini. Manusia memang kadang khilaf, Semoga Tuhan mengampuni kesalahan Bapak dan keluarga.
Percayalah Tuhan Maha Baik, dan melupakan kesalahan manusia ibarat dari timur sampai ke barat. Sekali lagi saya dan seluruh keluarga mengucapkan banyak terima kasih, dan mengucapkan “Selamat Ulang Tahun 8 Juni 1998”. Semoga Bapak tetap sehat dan panjang umur. Semoga Tuhan menyertai kita sekalian. (DTS)
Hormat saya,
I.G. Harry Suwarto
Bekasi
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 891-892. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.