Arti Kebebasan

Empati ditengah badai, jakarta, anton tabah,

Singapore, 20 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di Tempat

 

ARTI KEBEBASAN [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saya adalah warga negara Indonesia yang saat ini tinggal dan bekerja di Singapore, selepas saya menyelesaikan S2 di Indonesia. Sebelumnya saya selesaikan S1 di Yogyakarta.

Saya menulis surat ini untuk mengucapakan rasa simpati dan penghargaan pada Bapak sebagai bekas pejuang. Saya tahu persis bahwa Bapak pernah berjuang dengan mempertaruhkan nyawa di hutan-hutan di Jawa tengah, karena sewaktu saya masih kuliah di Yogyakarta, saya telah melakukan survey dan bertanya langsung pada saksi sejarah yang masih hidup, di Segoroyoso, Gunung Kidul, Parangtritis sampai Kemusuk yang juga merupakan daerah Perlawanan Pangeran Diponegoro menantang penjajah Belanda. Sejak saat itulah saya merasa dekat dengan sosok Bapak yang sebenarnya.

Dengan tidak jadi Presiden lagi, mungkin Bapak merasa lebih bebas, karena sekarang banyak kegiatan pribadi yang bisa Bapak lakukan, tidak seperti waktu jadi Presiden yang terikat protokoler. Mungkin ada baiknya juga Bapak melepaskan diri dari kegiatan politik. Mungkin Bapak bisa mengikuti kegiatan pendidikan atau keagamaan.

Saya dapat merasakan apa sebenarnya arti kebebasan. Saya merasa, kebebasan yang saya miliki sewaktu tinggal di Indonesia jauh lebih baik daripada kebebasan saya di sini saat ini, atau kebebasan warga negara Singapore utamanya Melayu.

Sebelumnya saya mengakhiri surat ini, saya berharap Bapak jangan tersinggung atau merasa tak enak di hati setelah membaca surat ini. Saya mohon maaf apabila surat ini tidak berkenan, dan saya juga mohon agar Bapak berkenan membalas surat ini.

Apabila dalam suatu kesempatan Bapak datang ke Singapore, dengan senang hati sekali saya harap Bapak datang berkunjung ke rumah kami. Kami di sini mendoakan, semoga Allah memberi kekuatan pada Bapak sekeluarga dalam menghadapi cobaan saat ini. DTS

Wassalam.

Hormat saya,

Syarial Siregar

Singapore

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 975-976. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.