PRESIDEN SOEHARTO: SEORANG PEJOANG ADALAH IA YANG MEMILIKI CITA2 DAN PRINSIP [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menegaskan, seorang pejoang adalah ia yang memiliki cita-cita dan prinsip, sedangkan pejoang adalah ia yang dengan penuh keyakinan mempertahankan prinsip dan cita2nya itu dan yang dengan segala usaha dan pengabdiannya bertekad mewujudkan prinsip dan cita2nya itu.
Presiden Soeharto menegaskan hal itu dalam amanatnya pada upacara peringatan ulang tahun Angkatan Bersenjata RI yang berlangsung di lapangan parkir Timur Senayan, Minggu pagi.
Upacara peringatan HUT ABRI yang ke-30 tersebut diikuti oleh satu divisi pasukan dan dihadiri oleh Wakil Presiden, MenHankam/Pangab, Wapangab, para keluarga Staf Angkatan, para pejabat teras Hankam/ Mabes Angkatan /Polri, para anggota Perwakilan negara sahabat serta undangan lainnya.
Perajurit Pejoang
Dalam awal amanatnya, Presiden Soeharto menyatakan bahwa Angkatan Bersenjata harus melihat kembali dimana letak kekuatannya dan juga segi-seginya yang masih mengandung kelemahan. Angkatan Bersenjata harus dengan sadar melihat kembali keberhasilannya dan juga harus berani melihat kekurangannya atau mungkin ketinggalan-ketinggalannya. Malahan renungan ulang tahun semacam ini perlu dilakukan bersama oleh seluruh bangsa kita.
Renungan semacam ini adalah penting, sebab Angkatan Bersenjata adalah anak kandung rakyat Indonesia.
Dikatakan oleh Presiden, Angkatan Bersenjata dilahirkan di tengah-tengah perjoangan besar Rakyat kita dalam menegakkan kemerdekaan nasional. Angkatan Bersenjata timbul dan tenggelam bersama-sama rakyat yang melahirkan dan membesarkannya itu, jatuh bangun bersama-sama rakyat, mengalami duka bersama-sama rakyat dan menikmati kesukaan bersama rakyat pula.
“Karena itu; Angkatan Bersenjata adalah prajurit pejoang dan pejoang perajurit,” kata Presiden.
Manunggal dengan Prinsip Kemerdekaan
Presiden Soeharto selanjutnya menyatakan bahwa cita2 dan prinsip ABRI manunggal dengan cita2 dan prinsip kemerdekaan yang diperjoangkan oleh seluruh rakyat Indonesia, ialah Pancasila dan terwujudnya masyarakat yang adil sejahtera dan maju berdasarkan Pancasila itu.
Disinilah letak kekuatan pokok ABRI sebagai pejoang, pengabdi dan mempertahankan cita2 dan prinsip2 peIjoangan bangsa. lnikah yang menggerakkan dan memberi semangat kepada beribu-ribu pemuda dan rakyat Indonesia umumnya untuk mengangkat senjata melawan musuh dalam Perang Kemerdekaan dulu. Suatu perjoangan yang sangat berat dan panjang.
Dalam Perang Kemerdekaan itu, menurut Presiden, kita pernah menang dalam berbagai pertempuran tetapi juga pernah kalah dalam berbagai pertempuran. Namun kita tidak kalah dalam Perang Kemerdekaan, malahan kita menang dalam akhir Perang Kemerdekaan itu.
Menurut Presiden, dalam sejarah Perang Kemerdekaan itu ABRI selalu mendapat dukungan rakyat karena rakyat tahu bahwa perjoangan ABRI adalah untuk kepentingan rakyat, karena ABRI mencintai rakyat dan karena rakyat mencintai ABRI. Dukungan rakyat inilah dan bersatunya rakyat dengan ABRI itulah kekuatan pokok ABRI dan kekuatan pokok Bangsa Indonesia dalam menghadapi setiap tantangan dan menyelesaikan tugas perjoangannya.
Dukungan dan kecintaan rakyat terhadap ABRI tidak boleh lepas ataupun luntur; bersatunya ABRI dengan rakyat harus terus dibina dan diperkokoh. Salah satu prasyarat pokok untuk itu adalah sikap dan tindak tanduk ABRI dalam mempertahankan dan melaksanakan cita-cita dan prinsip2 yang melahirkannya 30 tahun yang lalu.
Karena itu, menurut Presiden, ABRI tidak boleh dan memang tidak pernah tinggal diam dalam ikut memikirkan dan berbuat bersama-sama rakyat untuk menyelesaikan masalah2 besar yang kita hadapi bersama. Tujuan tidak lain adalah agar dasar tujuan dan cita2 Kemerdekaan tetap dipertahankan. Karena hanya dengan itu kita semua akan tetap selamat kepada tujuan terwujudnya masyarakat yang kita idam2kan.
Ada yang Menyimpang
Presiden mengakui bahwa sejarah juga mencatat ada anggota2 ABRI atau kesatuan2 ABRI yang menyimpang dari cita2 semula. Dalam pelbagai pemberontakan bersenjata yang pemah mengoyak-ngoyak tubuh bangsa kita, terlibat pula anggota2 ABRI dan kesatuan2 ABRI ini. Namun, berbagai pemberontakan ini akhirnya ditumpas oleh ABRI sendiri dengan dukungan penuh dari rakyat. Karena itu dalam tinjauan sejarah, tampak garis lurus yang ditempuh ABRI, ialah: menjaga agar jalan perjoangan bangsa kita tetap bergerak pada tujuannya yang semula.
Ditegaskan oleh Presiden, justru sebagai pejoang, ABRI harus memelihara dasar2 tujuan dan cita2 Kemerdekaan, maka ABRI tidak boleh hanya menjadi alat pertahanan keamanan yang hanya memadamkan api jika perumahan bangsa kita sedang diamuk kebakaran karena pemberontakan2. ABRI juga tidak boleh berpangku tangan jika perumahan bangsa kita digoyang-goyang oleh ketidakstabilan.
Sebaliknya, ABRI dengan penuh kesadaran dan bersama-sama seluruh bangsa ini turut membina kehidupan keluarga besar bangsa kita dengan cara yang tertib dan teratur berdasarkan prinsip2 dan ketentuan2 yang kita sepakati bersama ialah Undang-Undang Dasar 45.
“Karena itulah ABRI harus memainkan peranannya sebagai kekuatan sosial politik yang sadar dalam mengusahakan tercapainya cita2 bangsa,” demikian Presiden menegaskan. (DTS)
Sumber : ANTARA (06/10/1975)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 756-758.