PRESIDEN TENTANG PERANAN ABRI DI JAGAD INI

PRESIDEN TENTANG PERANAN ABRI DI JAGAD INI [1]

 

Jakarta, Antara

Peranan ABRI yang menonjol dewasa ini menurut Presiden Soeharto, harus tetap sebagai panggilan sejarah untuk turut serta membina kehidupan Bangsa dan Negara kita agar dapat tumbuh dengan kokoh, kuat dan sentosa dalam meneruskan tugas pembangunan bangsa selanjutnya.

Presiden yang menyatakan hal tersebut dalam amanatnya pada upacara peringatan HUT ABRI yang ke-30 di Lapangan Parkir Timur Senayan, Minggu pagi, menyatakan selanjutnya bahwa tugas pembangunan ini adalah tugas pokok kita yang sekarang, sebagai kelanjutan dari hasil perjoangan Kemerdekaan Nasional yang kita tegakkan 30 tahun yang lalu.

Jika tiga dasawarsa yang lalu hati kita digetarkan oleh panggilan menegakkan Kemerdekaan, maka sekarang dan seterusnya hati kitapun akan tetap digetarkan oleh panggilan untuk bersama-sama membangun hari esok yang membahagiakan hati kita semua. Dalam memusatkan perhatian kita itu, kita tidak boleh lengah, sebab berbagai bahaya memang belum tersingkir sama sekali.

Presiden menjelaskan, bahaya dapat datang dari luar maupun dari dalam. Bahaya dari luar dapat datang, karena dunia memang belum sepi dari rebutan pengaruh dan nafsu untuk memaksakan kehendak kepada bangsa lain. Bahaya dapat datang dari dalam karena dalam proses pembangunan ini kita akan mengalami perobahan2 yang besar dan cepat.

Dalam perobahan2 ini, jika kita tidak berhati-hati, maka mungkin secara sadar atau tidak sadar kita akan menyimpang dari dasar, tujuan dan cita-cita kemerdekaan. Untuk ini menurut Presiden kita sudah memiliki jawabannya, ialah ketahanan nasional.

Bukan Semata-mata Masalah Militer

Ditegaskan oleh Presiden, selanjutnya bahwa ketahanan nasional bukan semata­ mata masalah pertahanan keamanan saja, bukan semata-mata masalah militer belaka.

Bagi kita, masalah ketahanan nasional itu bukanlah masalah yang baru. Dasarnya telah mulai kita laksanakan selama Perang Kemerdekaan. Dengan didorong oleh semangat kemerdekaan yang menyala-nyala dan dukungan cita-cita yang luhur ialah keinginan hidup yang bebas, adil dan makmur, maka dengan segala cara, dengan segala keuletan dan ketangguhan, kita kerahkan, kita himpun dan kita gerakkan apa yang kita miliki: segala daya, dana dan kemampuan nasional kita, walaupun masih sangat terbatas, untuk kita hadapkan pada musuh yang lebih kuat persenjataan dan perlengkapannya.

Menurut Presiden, kita telah menunjukkan keuletan dan ketangguhan selama Perang Kemerdekaan. Keuletan dan ketangguhan inilah yang harus kita kembangkan dalam menghadapi dan menyelesaikan tantangan2 baru sesuai dengan keadaan dan masalah2 yang telah jauh berobah sekarang ini.

Inilah arti penting dari sejarah 30 tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang kita peringati bersama hari ini, kata Presiden. Kita harus mengambil pelajaran dari sejarah itu secara kreatif, agar kita mampu menjawab tantangan jaman dimasa sekarang maupun dimasa datang. Justru karena jaman selalu berobah, maka ketahanan nasional ini harus kita kembangkan dan kita bina agar terus dapat menjawab perkembangan keadaan. Ketahanan nasional tidak boleh statis, melainkan harus dinamis.

Utamakan Segi Mental

Bagi ABRI, menurut Presiden, dalam memelihara dan membina ketahanan nasional serta ketahanan di bidang Hankam khususnya hendaklah tetap mengutamakan segi mental, menebalkan kepribadian cara berpikir dan mengambil sikap sebagai ABRI dan TNI baik secara perseorangan maupun dalam kesatuan. Untuk itu kita harus terus menerus menebalkan kesetiaan kita kepada cita-cita kemerdekaan, kepada Pancasila dan UUD’ 45. Bukan hanya dengan kata tetapi lebih penting dengan perbuatan nyata.

Disamping itu, menurut Presiden, harus terus menerus dikembangkan doktrin2 perjuangan dan doktrin2 pertahanan yang telah kita miliki agar dapat terus disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan keadaan disekitar kita dan dunia umumnya.

Harus Memiliki AB yang Kuat

Menurut Presiden, dimasa depan kita harus memiliki Angkatan Bersenjata yang kuat. Bukan dengan tujuan untuk mengagresi bangsa lain, akan tetapi untuk melindungi bangsa kita yang besar dan tanah air yang luas ini. Namun pembangunan kekuatan pertahanan keamanan kita haruslah tetap kita letakkanan dalarn kerangka pembangunan bangsa kita secara keseluruhan.

Dewasa ini perhatian kita semua tertuju kepada pembangunan agar rakyat semakin baik kehidupannya, lahir maupun batin. Kita dulu berjoang untuk tujuan ini dan sekarangpun harus berjoang dalam pembangunan tetap untuk tujuan ini pula.

Walaupun demikian, kita tidak boleh lengah dalam memperkuat ketahanan nasional di bidang pertahanan keamanan. Peralatan harus kita tingkatan dalam jangkauan kemampuan negara. Organisasi harus disempurnakan. Disamping itu hal yang penting yang tidak boleh kita tinggalkan ialah mengobarkan kesadaran dan ikut sertanya seluruh rakyat dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah kita.

Presiden menegaskan, dengan seluruh rakyat ikut serta dalam rnernpertahankan kedualatan dan keutuhan wilayah itu, maka tidak satu kekuatan asingpun yang akan mampu rnengalahkan kita semua. Karena itu pembinaan wilayah harus mendapatkan perhatian kita yang sungguh2. Setiap daerah, setiap wilayah, setiap desa, setiap lingkungan masyarakat yang kecil2, malah setiap orang harus menjadi kekuatan pertahanan keamanan ini. Ini tidak berarti bahwa setiap orang harus menjadi “anggota ABRI”. Yang penting adalah kesadaran mengenai kewajiban dan tanggungjawabnya untuk membela tanah air, menegakan kedaulatan negara dan menegakan martabat sebagai bangsa yang merdeka.

Untuk itu, ABRI sebagai kesatuan, maupun sebagai setiap anggota, harus benar2 dapat menunjukan dirinya sebagai pelindung dan pengabdi rakyat. Tugas ABRI dimasa silam telah berhasil dengan baik. Tugas ABRI dimasa datang harus berhasil lebih baik.

Pada akhir amanatnya, Presiden mengajak kita kembali mendengar pesan Panglima Besar Sudirman: “Satu2nya hak milik nasional yang tetap utuh tidak boleh berobah-robah, meskipun harus rnenghadapi segala macam tantangan dan perobahan adalah Angkatan Perang Republik Indonesia.” Demikian Presiden. (DTS)

Sumber : ANTARA (06/10/1795)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 758-760.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.