PRESIDEN TINJAU PPI UNTUK KE EMPAT KALINYA

PRESIDEN TINJAU PPI UNTUK KE EMPAT KALINYA

 

Presiden bersama Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden dan Ibu Umar Wirahadikusumah, serta sejumlah menteri, jumat, mengadakan peninjauan ke arena Pameran Produksi Indonesia ’85 di lapangan Monas, Jakarta.

Kunjungan ke empat ini melihat anjungan pariwisata, PU, perumahan rakyat, jasa pos dan telekomunikasi, perhubungan dan industri pesawat terbang Nurtanio.

Di tiap anjungan, Presiden mendapat penjelasan dari masing-masing menteri yang dibantu para pejabat tinggi departemennya.

Di anjungan jasa pos dan telekomunikasi misalnya, Presiden mendapat penjelasan dari Dirjen Postel Ir. Abdul Rachman maupun Dirut Perumtel Ir. Willy Munandir tentang perkembangan jasa telekomunikasi dari masa ke masa.

Di jelaskan, hubungan telekomunikasi dari Indonesia sekarang ini sudah mencakup semua bagian dunia. Saluran langsung internasional saja sudah dapat mencakup 70 negara.

Dirut Perumtel maupun Dirjen Postel menjelaskan tentang telepon “tempo doeloe” yang masih juga dipakai pada “masa kini”, yakni telepon sistem engkol.

“Barang kali bapak Presiden bernostalgia, karena memakai telepon engkol ini sewaktu perjuangan kemerdekaan dulu. Sampai sekarang ada sekitar 60.000 satuan sambungan telepon yang masih memakai sistem ini di Indonesia,” kata Ir. Abdul Rachman.

Mendapat penjelasan ini Presiden tertawa, sambil mengangguk-anggukan kepala.

Pariwisata

Di anjungan pariwisata, Dirjen Joop Ave menjelaskan bagaimana Indonesia saat ini masih harus berjuang menghadapi tantangan pariwisata.

Potensi pariwisata cukup ada di negeri ini, tapi Indonesia harus menghadapi tantangan karena begitu tingginya persaingan dengan negara lain, kata Joop. Untuk itu diusahakan membuka lebih banyak daerah tujuan wisata. Pelayanan dalam jasa yang menunjang pariwisata perlu ditingkatkan pula.

Di anjungan PU, Presiden dapat menyaksikan sistem konstruksi cakar ayam yang merupakan hak cipta putra Indonesia, melihat proses produksi sampai pemasaran aspal Buton.

Menteri Perhubungan Rusmin Nuryadin dengan fasih menjelaskan sendiri hampir satu demi satu yang dipamerkan di anjungan departemennya, mulai jasa kereta api, angkutan laut, angkutan udara, sampai industri kereta api Inka di Madiun.

Di anjungan itu dipamerkan berbagai gerbong dan kereta pengukur ban buatan Madiun.

Menteri Habibie yang juga Dirut Nurtanio menjelaskan secara detail kemampuan produksi pesawat terbang di pabrik yang dipimpinnya.

Saat ini Nurtanio sudah membuat pesawat CN 235 dengan penumpang 35 orang. Pesawat ini dapat digunakan untuk kepentingan sipil dan militer. Tak puas dengan itu sedang pula dirancang pesawat yang berpenumpang sampai 60 orang. (RA)

 

 

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (31/08/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 183-185.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.