PRESIDEN : NATAL PENDORONG MENJADI UMAT KRISTEN YANG BAIK

PRESIDEN : NATAL PENDORONG MENJADI UMAT KRISTEN YANG BAIK

 

Hadirin yang memenuhi Balai Sidang Senayan, Jakarta, tenggelam dalam keheningan, dan hanya untaian kalimat terdengar dari ucapan Mgr. Hardjosoemarto MSC, yang memimpin doa untuk keselamatan umat manusia, pada perayaan Natal bersama warga Korpri yang beragama Kristen Protestan dan Katolik, semalam.

Perayaan itu dihadiri oleh Presiden Soeharto, dan Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah beserta Nyonya, dan sejumlah, Menteri Kabinet, dan pimpinan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, serta sejumlah pejabat tinggi lain.

Dalam amanatnya pada peringatan hari raya umat Kristen itu, Presiden menekankan bahwa kebahagiaan umat Kristen atas kelahiran Yesus Kristus, Sang Penebus Dosa umat manusia adalah kebahagiaan rohani, kebahagiaan yang terdalam dalam diri manusia dan bersifat abadi.

Kesukacitaan rohani itu perlu dijadikan kekuatan batin dalam kehidupan berbangsa, agar menambah ketahanan dalam menghadapi berbagai kesulitan dewasa ini, khususnya kesulitan ekonomi.

Suasana Natal diharapkan mampu menebalkan rasa setiakawan di antara sesama manusia. Rasa setia kawan itu pula merupakan ungkapan yang sangat dalam dari pandangan hidup bangsa, Pancasila. Pancasila adalah jawaban bangsa Indonesia terhadap tantangan sejarah, dan menjadi dasar persatuan dari kesatuan nasional.

Betapa pentingnya langkah yang telah diambil oleh bangsa, berupa kesepakatan nasional mengenai P4, pelaksanaan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila, dan penegasan Pancasila satu-satunya asas.

Dengan Pancasila, bangsa Indonesia telah meletakkan landasan moral etik, dan spiritual yang kokoh bagi pembangunan nasional Golongan beragama berkesempatan memberikan sumbangan sebesar-besarnya kepada negara Pancasila.

Mereka dapat bertemu dan bekelja bahu-membahu dengan tetap memberi penghormatan yang tulus dan ikhlas kepada keimanan masing­masing. Dengan jalan itu pula dikembangkan kerukunan hidup antar umat beragama yang berlain-lainan.

“Saya katakan, bahwa kita dapat menjadi manusia Pancasila yang penuh kesadaran dan sekaligus menjadi umat beragama yang penuh keimanan. Keduanya dapat kita pertemukan tanpa kita mengalami keretakan batin dan kegoyahan iman,” katanya.

Dengan Pancasila, bangsa Indonesia dapat menjaga yang mengejar kemajuan tetap memiliki moral, menjunjung tinggi etika dan memiliki nilai-nilai spiritual yang menjadikan bangsa Indonesia berbahagia.

Presiden mengingatkan segenap umat Kristiani, agar perayaan Natal selalu dirasakan sebagai kegiatan pendorong baru untuk menjadi umat Kristen yang baik. (RA)

 

 

Jakarta, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (29/12/1986)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 595-596.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.