YASSER ARAFAT SAMPAIKAN TERIMA KASIH KEPADARAKYAT INDONESIA

YASSER ARAFAT SAMPAIKAN TERIMA KASIH KEPADARAKYAT INDONESIA[1]

Tunis, Suara Pembaharuan

Presiden Soeharto selaku Ketua Gerakan Non Blok (GNB) mendengarkan dengan sungguh-sungguh penjelasan Presiden Palestina Yasser Arafat yang menilai tidak ada kemajuan dalam pelaksanaan proses perdamaian Palestina/Israel yang ditandatangani 13 September 1993 di Washington.

Dalam kunjungan tiga hari di Tunisia hari Selasa (16/ 11) pukul19.00  waktu setempat atau pukul 01.00 WIB, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Presiden Yasser Arafat di tempat Kepala Negara menginap di Tunisia yaitu Istana Essada La Marsa.

Menurut Mensesneg Moerdiono yang menjelaskan hasil pertemuan itu kepada wartawan, Presiden Soeharto setelah mendengar penjelasan itu mengatakan,  di Jakarta pada pertemuan dengan PM. Israel, ditekankan pentingnya Israel melaksanakan dengan penuh kejujuran apa yang disepakati di Waslllngton. “Presiden Soeharto selaku Ketua GNB memikirkan peranan apa yang dapat disumbangkan kepada proses perdamaian ini. Indonesia mendukung proses perdamaian ini karena melalui proses perdamaian itulah dapat terwujud Palestina yang merdeka di tanah airnya sendiri, mempunyai pemerintahan sendiri, menuju masa depan mereka sendiri, kata Moerdiono. Demikian dilaporkan wartawan Pembaruan Mansyur Barus dari Tunis Rabu pagi.

Seusai pertemuan dengan Yasser Arafat, Kepala Negara mengadakan pertemuan dengan Mensesneg Moerdiono dan Ketua Pelaksana GNB Nana Sutresna untuk mencoba melihat secara menyeluruh kemungkinan-kemungkinan apa yang bisa dilakukan Indonesia. “Kemungkinan kemungkinan yang diharapkan cukup efektif, tapi juga cukup realistis sesuai dengan kemampuan kita,” tambahnya.

Sementara itu, Yasser Arafat yang diminta penjelasannya seusai pertemuan mengatakan, pertemuan tersebut berjalan hangat, konstruktif, dan penuh persahabatan.”Saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia dalam dukungannya kepada rakyat Palestina dalam berbagai hal. Kita lebih darihanya sekadar saudara,”katanya .

Kesulitan

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, Yasser Arafat memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan dari proses perdamaian sebagai pelaksanaan dari persetujuan perdamaian Palestina-Israel. Menurut Yasser Arafat, dalam pelaksanaannya ternyata banyak sekali dihadapi kesulitan yang serius dan dinilai praktis tidak ada kemajuan dalam pelaksanaan proses perdamaian tersebut.

Beberapa hal dikemukakan oleh Yasser Arafat bahwa Israel melakukan berbagai tindakan yang dapat dianggap tidak melaksanakan dengan sebaik-baiknya kesepakatan di Washington. Presiden Palestina meminta kepada Ketua GNB ikut memberi tekanan kepada Israel agar kesepakatan Wasington dapat dilaksanakan.

Pertemuan itu sendiri, menurut Moerdiono, merupakan permintaan Presiden Yasser beberapa hari sebelum Kepala Negara mengadakan kunjungan ke Tunisia.

Pada kesempatan itu, Presiden Soeharto menyerahkan bantuan sebesar dua juta dolar AS kepada Presiden Palestina jumlah tersebut merupakan persetujuan yang telah diberikan Indonesia untuk membantu Palestina sebesar lima juta dolar AS. “Pemberian itu diterima dengan rasa haru dan terima kasih oleh Presiden Yasser Arafat ,”kata Mensesneg.

Kepada Presiden Soeharto, Yasser Arafat juga menyampaikan pesan dari Presiden Portugal Mario Soares, yang bertemu dengan Yasser lima hari yang lalu. Dikatakan, tatkala akan meninggalkan Portugal di lapangan terbang Presiden Portugal menyampaikan pesan mengenai masalah Timor Timur, untuk disampaikan kepada Presiden Soeharto, karena diketahuinya akan ada pertemuan Presiden Soeharto dengan Presiden Palestina itu. Pesan itu adalah untuk menyelesaikan masalah Timor Timor. Portugal inginmenyampaikan mengenai perlunya diadakan referendum di Timtim. Presiden Soeharto menjelaskan kepada Yasser Arafat bahwa keinginan Portugal itu sesungguhnya tidak relevan, karena pemyataan rakyat Timtim, untuk bergabung dengan Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1976. Kenyataannya kehendak rakyat Timtim untuk bergabung dengan Indonesia sudah terwujud dengan diikutsertakannya rakyat Timtim dalam beberapa kali pemilu.

Presiden Soeharto juga mengatakan kepada Yasser Arafat bahwa sikap Portugal selain ini memang tidak berubah. Dikatakan, bagi Indonesia referendum bukan masalah yang diperlukan lagi. *”

Sumber : SUARA PEMBARUAN (17/10/1993)

_______________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 316-318

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.