PRESIDEN SOEHARTO BERI BANTUAN RP 10 MILYAR PADA YASSER ARAFAT [1]
Tunis, Kompas
Presiden Soeharto dikabarkan akan memberikan sumbangan sebesar lima juta dollar AS, atau sekitar Rp 10 milyar kepada Presiden Palestina Yasser Arafat dalam pertemuan mereka di Tunis. Sebuah sumber mengatakan di Tunis hari Selasa (16/ 11), bantuan itu merupakan janji Presiden Soeharto kepada Arafat ketika berkunjung terakhir ke Jakarta bulan September lalu setelah perjanjian dengan Israel. Tapi bantuan itu kabarnya akan diberikan secara bertahap.
Pembicaraan antara Presiden dan Arafat berlangsung semalam di Istana Essada La Marsa dimulai pukul 19 .00 waktu setempat atau pukul 01.00 WIB Rabu dini hari, sehingga sampai berita ini diturunkan semalam, hasil-hasilnya belum diketahui. Pertemuan itu menurut Mensesneg Moerdiono, atas permintaan Arafat. Demikian dilaporkan wartawan Kompas Ansel da Lopez dari Tunis semalam.
Presiden Soeharto dalam jamuan kenegaraan oleh Presiden Tunisia Ben Ali hari Senin malam menegaskan kernbali dukungan Indonesia terhadap terobosan positif dan berani yang telah dilakukan oleh PLO dan Israel dalam mengakhiri hubungan suram antara kedua bangsa yang telah berlangsung hampir setengah abad, diwarnai oleh sengketa, permusuhan, tindakan kekerasan dan bahkan beberapa kali perang.
Penandatanganan persetujuan awal PLO-Israel bagi pemerintahan sendiri Palestina di wilayah-wilayah pendudukan, menurut Presiden Soeharto, merupakan langkah awal yang memberi harapan baru.
“Kita berharap langkah awal ini akan meluruskan jalan bagi terwujudnya tujuan akhir yang dicita-citakan bangsa Palestina, yakni terbentuknya suatu negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh di tanah airnya sendiri. Juga langkah awal bagi penyelesaian menyeluruh yang adil dari konflik Arab-Israel ,”tegas Presiden.
Dalam kunjungannya hari kedua di Tunisia hari Selasa kemarin, Presiden dan Nyonya Tien Soeharto sepanjang hari sejak pagi sampai sore berkunjung ke Tozeur, sekitar setengah jam penerbangan dari Tunis. Tiba di Bandara Tozeur Nefta, Kepala Negara disuguhi tarian tradisional serta atraksi menunggang kuda dan onta.
Dalam kunjungan sekitar enamjam sampai sore hari itu, Presiden dan Nyonya Tien Soeharto dan rombongan antara lain melihat oasis, meninjau perkebunan kurma, melihat sistem irigasi dan caranya memanen, serta dijamu makan siang oleh Gubernur Propinsi Tozeur di Hotel Dar Cherit sambil menikmati tarian tradisional setempat. Setelah jamuan, Kepala Negara dan Nyonya mengadakan peninjauan koleksi benda bersejarah milik pemilik hotel.
Kerja Sama Konkret
Dalam pembicaraan antara Presiden Soeharto dengan Presiden Tunisia Ben Ali di Istana Carthage, Senin malam (15/ 11) selama satu jam, serta pembicaraan terpisah pada tingkat menteri, telah disepakati beberapa kemungkinan kerja sama konkret antara Indonesia dan Tunisia, di samping berbagai masalah regional dan internasional. Mensesneg Moerdiono menjelaskan, disepakati bahwa Indonesia akan mengadakan investasi di Tunisia yang menggunakan bahan baku dari Indonesia. Apabila nilai tambah yang dihasilkan oleh produk-produk perusahaan Indonesia di Tunisia bisa mencapai 40 persen, Tunisia berjanji akan memasarkan produk tersebut ke pasaran Eropa tanpa bea masuk. Sementara itu Indonesia akan membeli pupuk untuk tanaman keras.
Menurut Moerdiono, Tunisia mengundang Indonesia agar turut tender pengadaan kapal feri yang dibutuhkan negeri itu untuk penyeberangan ke Eropa Timur. Kesepakatan awal mengenai ini akan dibahas oleh para pejabat terkait di kedua negara. Dalam hal ini menurut Mensesneg, kemungkinan PT. PAL Surabaya atau PT. Koja di Tanjung priok akan dipercayakan ikut dalam tender tersebut.
Mensesneg menilai kesepakatan tersebut rnerupakan langkah kongkret bagi kerja sama Selatan-Selatan, yang selama ini masih terbatas karena belurn saling mengenal kemampuan masing masing. Karena itu kedua pihak juga sepakat untuk lebih banyak lagi memungkinkan saling kunjung antara pejabat-pejabat maupun kalangan usaha swasta. Dengan demikian kemampuan masing-masing akan diketahui dan dengan demikian pula diharapkan kerja sama antara kedua negara dan Selatan-Selatan pada umumnya, akan lebih lengkap.
Di Tunisia dewasa ini juga ada sebuah pabrik tekstil yang dibangun dengan mesin-mesin buatan Indonesia yang harganya jauh lebih rnurah dari rnesin serupa dari negara Industri.
Kecuali mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ben Ali, Presiden Soeharto hari Senin sore rnengunjungi sebuah rnesjid kuno di Kota Tunis. Dalam kesempatan itu Kepala Negara menuturkan pentingnya peranan kehidupan agarna di Indonesia dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang utuh. Pimpinan mesjid mengatakan, pandangan Presiden itu sejalan dengan pandangan rakyat Tunisia di bawah dukungan Presiden Ben Ali.
Pimpinan mesjid mengatakan, mereka memandang Indonesia sebagai pemimpin dari masyarakat Islam dunia, karena penduduk yang beragama Islam sangat besar, dan karena kehidupan beragama di Indonesia sangat baik dan berkembang sangat subur.
Presiden Soeharto juga berkesempatan berkunjung ke Parlernen Tunisia, diterima ketua parlemen, wakil ketua dan sejumlah anggota. Kepada Kepala Negara, Ketua Parlemen mengemukakan cara-cara kerja Parlemen Tunisia dan juga sistem pemilihan umum di Tunisia. Presiden juga menjelaskan mekanisme kepemimpinan nasional di Indonesia. Juga dijelaskan adanya perwakilan ABRI di MPR dan DPR, yang merupakan bagian dari Dwi fungsi ABRI. Rabu siang ini waktu setempat (sekitar 17.00 WIB), Presiden dan rornbongan meninggalkan Tunis menuju Seattle dalam penerbangan 11 jam lebih melalui Bandara Andrew (Washington DC) untuk menghadiri KTT tidak resmi APEC. (*)
Sumber: KOMPAS (17/ 11/1993)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 322-324.