DILUNCURKAN, BUKU PERJALANAN IBADAH HAJI PAK HARTO[1]
Jakarta, Kompas
Peluncuran buku “Petjalanan lbadah Haji Pak Harto” yang memuat pelaksanaan ibadah haji Presiden Soeharto beserta Ny. Tien Soeharto dan 26 orang keluarga Cendana tahun 1991, berlangsung hari Sabtu malam (115) di Departemen Agama RI, disaksikan Menteri Agama Tarmizi Taber dan Ketua Majelis Ulama Indonesia K.H Hasan Basri. Buku yang disusun oleh mantan MenteriAgama Munawir Sjadzali beserta tim penerbitan itu, berisi kliping dari berbagai liputan media cetak di Indonesia.
Menurut Munawir, buku setebal 242 halaman itu diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi umat !siam, khususnya bagi mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah haji, selain juga diharapkan dapat memperkaya literatur tentang ibadah haji.
Dikatakan, buku ini merupakan buku tentang Pak Harto yang menampilkan sisi berbeda dibandingkan buku-buku lainnya, karena yang memaparka n bukan Pak Harto sendiri melainkan para kuli tinta melalui laporan jurnalistiknya, sehingga dapat menggambarkan sambutan dan opini masyarakat secara luas.
Melalui buku ini pembaca akan dibawa kepada tahapan-tahapan perja lanan ibadah haji Pak Harto, sejak dari niat berhaji, persiapan, pelepasan, ketibaan di Jeddah, pelaksanaan ibadah haji, ketibaan di Tanah Air, sampai peristiwa -peristiwa runtutannya, seperti pendaftaran Pak Harto menjadi anggota Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI).
Tahapan-tahapan tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca, urutannya pun tidak sulit dipahami karena Pak Harto berhaji sebagai jemaah biasa , bukan sebagai Kepala Negara. Selain itu, buku ini juga mengemukakan pandangan-pandangan Pak Harto tentang agama dan ibadah haji. Acara peluncuran buku “Perjalanan Ibadah Haji Pak Harto” ini berlangsung bersamaan dengan acara perpisahan Munawir Sjadzali dengan pimpinan majelis majelis agama. Dalam kesempatan itu K.H Hasan Basri mengemukakan, kalau permerintah mau konsekuen dengan niatnya untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa masyarakat, maka seharusnya separuh dari anggaran belanja negara diberikan kepada Departemen Agama. Karena yang dibina Depag adalah 180 juta umat beragama, sementara anggaran yang diberikan pemerintah dinilai Hasan Basri kurang memadai.
“Membina kerukunan beragama itu membutuhkan upaya yang luar biasa. Kalau sedikit saja dari 180juta ini bergerak , maka kapal akan oleng. Selama 10 tahun pengabdiannya sebagai menteri agama, Pak Munawir telah berhasil mempertahankan
kerukunan itu. Walaupun sampai sekarang, masih ada kerikil- kerikil kecil, tapi kita akan terus bernpaya menghilangkan kerikil-kerikil tersebut,” katanya. (myr)
Sumber: KOMPAS ( 02/05/1993)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 695-696.