ANAK DIDIK HARUS DIBEKALI DENGAN MORAL PANCASILA

ANAK DIDIK HARUS DIBEKALI DENGAN MORAL PANCASILA

Tugas Guru Mendidik Generasi Muda Kuasai Teknologi Modern

PRESIDEN :

Presiden Soeharto hari Senin mengatakan tugas guru dan pendidik adalah menyiapkan tumbuh dan berkembangnya generasi baru yang mampu menguasai teknologi moderen. Sejarah menunjukkan tidak ada bangsa yang maju tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Hal ini dikemukakan Presiden Soeharto dalam amanatnya pada pembukaan Kongres PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) di Sasana Langeng Budaya, Taman Mini Indonesia Indah. "Tentu saja semuanya itu harus disesuaikan dengan tingkat kemajuan anak untuk menghadapi gagasan2 masyarakat modern dan teknologi modern".

"Di lain pihak", kata Presiden, "sekarang kita juga harus waspada terhadap perkembangan teknologi modem itu, yang dewasa ini membawa manusia seolah2 pada persimpangan jalan yang sangat menentukan di tangan manusia sekarang berada tingkat teknologi yang sangat tinggi, yang belum pernah terjadi dalam sejarah sebelumnya.

Teknologi yang sangat tinggi itu, demikian Presiden, disatu pihak dapat mengantarkan manusia pada kehidupan yang lebih baik, yang lebih sejahtera dan lebih menentramkan hati. Di lain pihak itu dapat menjadi alat bunuh diri, karena dapat menjadi kekuatan dahsyat yang akan menghancurkan dunia dengan segala isinya dalam waktu sekejap.

Menurut Presiden bagi kita penguasaan teknologi bukanlah sekedar untuk menguasai teknologi belaka, melainkan sebagai alat yang sangat penting untuk mensejahterakan kita semua masyarakat Pancasila yang kita cita2kan.

"Untuk itu. Secara konsepsional kita telah mempunyai jawabannya, ialah dengan membekali anak didik kita dengan moral Pancasila, khususnya melalui Pendidikan Moral Pancasila di sekolah2".

"Lebih dari itu, Pendidikan Moral Pancasila bagi anak didik merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan mereka agar kelak menjadi generasi baru yang makin menghayati dan makin banyak mengamalkan Pancasila, sebagai syarat mutlak bagi tekad kita untuk melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.”

Menurut Presiden, di samping itu, perkembangan dan pertumbuhan bangsa kita di masa yang akan datang jelas tidak akan sepi dari berbagai ujian dan berlangsung di tengah2 perkembangan internasional yang berubah dengan cepat agar tekad kita untuk menjadi bangsa modern tetapi tetap berkepribadian sendiri maka sangat penting kita terus membentengi diri dengan semangat kebangsaan" ujarnya.

Untuk itulah beberapa tahun yang lalu, kata Presiden, saya telah meminta agar di semua tingkat pendidikan kita diajarkan sejarah perjuangan nasional.

Dalam sejarah perjuangan nasional itu banyak terdapat pengalaman yang tidak ternilai harganya, yang sangat berguna bagi kelanjutan pembangunan nasional kita di masa datang.

Guru Adalah Pejuang

Di bagian lain dari sambutannya, Presiden mengemukakan guru adalah pejuang. "Di zaman penjajahan dahulu tidak sedikit mereka yang memilih pcngabdian kepada rakyat menjadi guru pada pendidikan2 nasional dengan gaji kecil, daripada menjadi guru sekolah milik pemerintah kolonial dengan gaji yang jauh lebih besar.

Sekolah swasta dengan guru2 pejuang itu menjadi bibit persemaian semangat kebangsaan, yang kelak memberi sumbangan besar bagi bangkitnya semangat perjuangan merebut, menegakkan dan mempertahankan Indonesia Merdeka yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Dalam zaman setelah Indonesia merdeka pun, para guru tetap menjadikan dirinya sebagai kekuatan perjuangan. PGRI ini lahir hanya beberapa bulan setelah Indonesia merdeka, kalau saya tidak khilaf dalam bulan Nopember 1945 di kota Surakarta, kata Kepala Negara.

Yang mendirikan organisasi ini sebagian terbesar adalah guru2 muda. Ketua Umum PGRI H. Basyuni Suryamiharja dalam laporannya menyebutkan, Kongres PGRI akan berlangsung dari tanggal 16 sampai 21 Juli 1984 dan diikuti utusan dari 272 cabang seluruh Indonesia.

Sesuai dengan AD/ART, tugas Kongres meliputi 4 hal pokok yaitu mengadakan evaluasi atas kehidupan gerak karya dan perkembangan PGRI secara nasional, menetapkan kebijaksanaan dan program umum PGRI masa bhakti XV (1984-1S39), memilih Pengurus Besar masa Bhakti XV serta menetapkan keputusan2 penting lainnya. (RA)

Jakarta, Sinar Harapan

Sumber : SINAR HARAPAN (16/07/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 848-849.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.