Bandung, 26 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak Muhammad Soeharto

di Rumah

ARIF DALAM KEADAAN GENTING [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Subhanallahu, Alhamdulillah, Laa ilaha illallah, Allahu Akbar.

Sholawat dan salam untuk Nabi besar Muhammad Saw, para sahabat dan pejuang Islam sekalian.

Sebenarnya, pada hari di mana Bapak mengundurkan diri sebagai Presiden RI saya sudah ingin berkirim surat kepada Bapak, namun baru kali ini saya ada kesempatan. Dengan surat ini saya hanya ingin menyampaikan rasa simpati atas apa yang telah Bapak lakukan. Saya merasa bersyukur bahwa Bapak dapat bertindak arif dan tenang dalam keadaan yang begitu genting. Telah banyak yang Bapak lakukan untuk Indonesia.

Semoga hal itu dihitung sebagai ibadah oleh Allah Swt. Segala kekurangan dan kesalahan selama Bapak bertugas, saya doakan semoga Allah ampunkan. Sebagai manusia tidak mungkin kita luput dari kesalahan. Namun Allah menjanjikan ampunan bagi semua yang memohon kepadaNya dan mengganti kesalahan itu dengan kebaikan.

Bersama surat inipun saya ingin menyampaikan satu buku yang menurut saya baik. Mungkin Bapak sudah punya. Harapan saya, semoga buku ini dapat menjadi penambah semangat bagi Bapak untuk terus berlari menuju Allah hingga akhir hayat. Demikian surat dari saya, bila ada yang tidak berkenan di hati saya harap Bapak dapat memaafkannya. Semoga kita berjumpa di lain kesempatan. (DTS)

Wassalam,

Dr. Ing. Gina Puspita

Cihanjuang – Cimahi

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1005. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.