Banyuwangi, 13 Nopember 1998
Kepada
Bapak H.Moh. Soeharto
Jl. Cendana No.8
Jakarta
BADAI INSYA ALLAH BERLALU [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila surat ini kurang berkenan di hati Bapak. Saya tidak bermaksud apa-apa, hanya sekedar ingin bersilaturahmi, karena kita sesama muslim.
Bapak, betapa hebatnya topan dan Badai melanda kehidupan kita (Bapak) di hari tua. Dan dengan tegar pula Bapak menghadapinya, karena sebagai muslim kita tahu bahwa semua itu merupakan kehendak-Nya.
Manusia mudah sekali melupakan kebaikan, jasa, serta pengorbanan orang lain. Yang lebih lucu lagi, teman-teman dekat kitapun tega dan terbawa arus untuk mengecam. Namun saya yakin Bapak lebih tahu serta akan selalu tersenyum pasrah kepada-Nya, dalam menghadapi kenyataan ini.
Sebagai orang Jawa yang sudah cukup makan asam garam kehidupan, saya hanya dapat mengelus dada. Setega itukah orang-orang yang dulu membungkuk-bungkuk di hadapan Bapak, menempel Bapak. Pada akhirnya melengos, memfitnah serta memburuk-burukkan tingkah dan kepemimpinan Bapak dan keluarga.
Betapa tipisnya tingkat ke-Imanan mereka, padahal saya tahu mereka hanya menumpang arus untuk menyelamatkan diri di era reformasi ini, untuk sekedar merebut simpati dari generasi penerus.
Marilah kita amati dengan cermat, orang-orang seperti itu pada akhir-nya akan tercampakkan dengan sendirinya, karena mereka tidak mempunyai pendirian. Mereka bunglon yang dapat berganti baju mengikuti situasi dan kondisi saat ini, dan mereka adalah orang-orang munafik.
Bapak, sekali lagi saya mohon maaf, semoga dengan kehadiran surat ini dapat meringankan beban penderitaan bathin Bapak.
Marilah kita saling berdoa, semoga Tuhan melimpahkan karunia-Nya berupa ketabahan di hati kita, dan semoga topan dan badai ini segera berlalu.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Salam dan hormat saya beserta keluarga, (DTS)
Suyoko Hatmosardjono
Banyuwangi
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1050-1051. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.