BANGSA INDONESIA HARUS TINGGALKAN PERTENTANGAN IDEOLOGI AGAR PEMBANGUNAN BERJALAN LANCAR

BANGSA INDONESIA HARUS TINGGALKAN PERTENTANGAN IDEOLOGI AGAR PEMBANGUNAN BERJALAN LANCAR

Presiden Soeharto berseru kepada seluruh bangsa Indonesia agar meninggalkan pertentangan ideologi seperti yang pemah terjadi di masa lampau, karena sekarang sudah ada ideologi nasional yaitu ideologi Pancasila.

Adanya pertentangan ideologi ternyata telah mengakibatkan dirobek-robeknya tubuh bangsa Indonesia dan karenanya pertentangan semacam itu harus ditinggalkan jauh-jauh, untuk selanjutnya memusatkan segala perhatian bagi pembangunan nasional.

Seruan tersebut diungkapkan Presiden Soeharto dalam sambutan tertulisnya. yang dibacakan Wakil Presiden H. Adam Malik, ketika membuka pameran pembangunan kepemudaan menyambut Hari Sumpah Pemuda ke-54 di silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta, Kamis petang.

Dikemukakannya bangsa Indonesia sekarang telah mempunyai ideologi Pancasila dan yang penting saat ini adalah pengamalannya dalam kehidupan yang nyata. Pembangunan bangsa yang sedang dilaksanakan sekarang ini tidak lain adalah mengamalkan Pancasila dalam segala segi.

"Dengan cara demikian, dapat dipastikan bahwa cita-cita bangsa Indonesia yaitu masyarakat adil makmur bisa tercapai di kemudian hari," demikian Presiden.

Di bidang kepemudaan, dikatakan bahwa pemuda mempunyai unsur dinamika dan kreativitas, ini harus terus digelorakan dan harus disalurkan setepat-tepatnya, karena kalau tidak disalurkan kepada sasaran yang tepat nantinya bahkan bisa menimbulkan gangguan bagi pertumbuhan bangsa.

Pemuda merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia dewasa ini dan bila modal ini terlatih dengan baik tidak mustahil akan bisa menjadi suatu kekuatan pembangunan yang dahsyat.

Seusai membacakan sambutan tertulis Presiden Soeharto, Wakil Presiden Adam Malik membuka pameran pembangunan kepemudaan yang menurut jadwal akan berlangsung dari 28 Oktober hingga 11 November.

Pengguntingan Pita oleh Ny. Soerono

Pameran yang bertemakan "Dalam Rangka Mensukseskan Sidang Umum MPR 1983, Kita Masyarakatkan Usaha-Usaha Pembinaan Dan Pengembangan Generasi Muda" itu menyajikan materi poster yang menggambarkan sejarah kepemudaan sejak Budi Utomo sampai sekarang, pameran pembangunan, hiburan, sayembara­sayembara, serta angket berhadiah.

Sasaran yang hendak dicapai melalui pameran pembangunan kepemudaan ini adalah memasyarakatkan segala usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda secara menyeluruh serta memasyarakatkan program pembinaan dan pengembangan generasi muda selama Pelita III.

Tari Badui dari Yogyakarta

Para penonton upacara pembukaan pameran yang memenuhi Silang Monas petang itu nampak terkesan menyaksikan penampilan rombongan tari massal Badui dari Yogyakarta. Gerakan-gerakan yang mereka tampilkan demikian lincah bahkan ada yang memberikan komentar mirip irama disco.

Rombongan yang mengenakan pakaian khas Yogyakarta dengan kostum putih­putih dilengkapi kain di pinggang dan topi prajurit kerajaan berwarna merah serta kuncir berwarna kuning. Dengan penuh semangat mereka memperlihatkan kebolehannya selama beberapa menit dan mendapat sambutan hangat dari hadirin.

Acara pembukaan petang itujuga dimeriahkan oleh atraksi pencak silat yang dimainkan oleh sekitar 5.000 orang pesilat putera putri dari berbagai perguruan anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pimpinan ketua umumnya Brigjen TNI Eddy Nalapraya.

Gerakan-gerakan yang mereka tampilkan, menggambarkan bahwa kekuatan yang terpecah-pecah akan menjadi lemah tapi bila sudah disatukan berbalik menjadi kekuatan yang ampuh untuk mengusir kaum penjajah.

Menurut laporan ketua panitia penyelenggara Menmud Urusan Pemuda dr. Abdul Gafur, pameran ini diikuti oleh sebelas Departemen yang memvisualkan program­programnya, stand-stand Pemda DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta badan-badan swasta, Pramuka, KONI, KNPI, pelajar dan Katlin.

Selain pameran, panitia juga menyelenggarakan berbagai perlombaan dan sayembara yang erat kaitannya dengan masalah kepemudaan.

Kegiatan-kegiatan itu antara lain berupa lomba pidato, cerdas tangkas, lagu rakyat maupun angket berhadiah. (RA)

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (29/10/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 923-925.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.