Yogyakarta, 14 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

di Jakarta

 

BAPAK BANGSA [1]

Assalamu’ alaikum wr. wb.

Bismillahirrahmannirrahim

Sebagaimana yang kami khawatirkan dalam surat terdahulu (tanggal 21 Mei 1998, copy terlampir) bahwa di hari-hari yang akan datang Bapak sekeluarga akan menghadapi cobaan demi cobaan yang lebih berat. Akhir-akhir ini tanda-tanda ke arah itu mulai nampak.

Terlepas dari adanya kekeliruan atau tidak selama kepemimpinan Bapak, sebagai bangsa yang beragama dan berbudaya, hujatan-hujatan justru memalukan dan merendahkan martabat bangsa kita di mata dunia internasional.

Tidak dapat dipungkiri bahwa setelah Bung Karno sebagai Proklamator, Pak Harto adalah bapak bangsa yang telah mengantarkan negeri ini ke berbagai kemajuan.

Bapak Soeharto yang kami kasihi, Di tengah hujatan-hujatan yang kian membahana di seantero negeri, dan orang-orang yang mengelilingi Bapak selama ini satu per satu berusaha menjauh, dari dasar jiwa kami yang paling dalam kami terpanggil untuk mendekat kepada Bapak, untuk memberi masukan­ masukan yang tulus ikhlas.

Di balik cobaan ini, insya Allah, akan ada jalan keluar bagi Bapak. Demikian suara keprihatinan nurani kami. Kepada Allah swt kami berserah diri karena tiada satu pun kejadian di luar ketentuan-Nya, semoga Allah Yang Maha Rahman dan Rahim memberi yang terbaik bagi kita semua, Allahumma Aamiin. (DTS)

Alhamdulillahirobbil’alamin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Hormat Kami,

H. Djunaeni Rachman

Yogyakarta

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 797. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.