Jakarta, 25 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak Haji Mohammad Soeharto
di Jl. Cendana No.8
Jakarta Pusat
BAPAK TELAH BERBUAT BANYAK [1]
Sebelumnya izinkanlah saya mengenalkan diri, saya Mellina, pegawai Bank Swasta di Jakarta. Adapun tujuan saya menulis surat ini hanya ingin menyampaikan kepada Bapak rasa terima kasih atas kepemimpinan Bapak terhadap bangsa selama 32 tahun ini, saya sangat menghargai dan bangga akan sikap Bapak dalam menghadapi dan mengatasi gejolak tuntutan reformasi dan demonstrasi.
Tindakan dan keputusan yang Bapak lakukan mencerminkan kearifan Bapak sebagai negarawan dan pimpinan sejati yang berjiwa besar, yang sangat mencintai bangsanya dan sangat mempertimbangkan kelanjutan hidup bangsa dan negara di atas segala-galanya.
Terlepas dari anggapan berbagai kelompok kepentingan, bagi saya Bapak telah berbuat banyak untuk bangsa dan berjasa membangun negara Indonesia yang tercinta ini. Hal ini terlihat dari pesatnya pembangunan di seluruh wilayah Indonesia dan harumnya nama bangsa Indonesia di forum internasional. Peran Indonesia yang sangat positif di ASEAN, Non Blok, serta forum-forum internasional lainnya, saya kira, tidak dapat dilepaskan dari figur Bapak sebagai pemimpin yang disegani dan dihormati.
Saya juga berharap Bapak dapat mengabaikan dan melupakan kelompok-kelompok tertentu yang kurang bijak dalam bertingkah laku dan bertindak, yang hanya memikirkan kepentingan serta berpaling pada saat bangsa dan negara memerlukan persatuan serta dukungannya. Kesehatan Bapak terlampau mahal dipertaruhkan untuk menanggapi dan memikirkan kelompok-kelompok oportunis yang lalai dan berjalan dengan konsep-konsep yang belum jelas arahnya.
Waktu akan membuktikan ketulusan dan pengorbanan yang Bapak berikan pada bangsa dan negara Indonesia yang tercinta ini. (DTS)
Wassalam,
Mellina Ritonga
Jakarta Pusat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 930-931. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.