BIROKRAT LINI BAWAH DIIMBAU TIDAK BERPENAMPILAN SERAM

BIROKRAT LINI BAWAH DIIMBAU TIDAK BERPENAMPILAN SERAM

 

 

Semarang, Kompas

Ajakan Presiden kepada petani untuk berani mengemukakan keberatan kalau melihat sesuatu yang kurang benar, sangat baik. Cuma untuk terlaksananya diperlukan adanya perubahan perilaku dari birokrat lini bawah. Artinya, birokrat lini bawah ini jangan sampai kelihatan seram di depan rakyatnya sehingga rakyat tak berani terbuka kepadanya.

Demikian pendapat Dr. Djamaludin Ancok, dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, yang ditemui Kompas, Kamis siang (1/3). Djamaludin mengemukakan pendapatnya ketika diminta komentamya mengenai ajakan Presiden pada temu wicara dengan Kontak Tani dan Nelayan Andalan Nasional se-Sumsel di Desa Sidomakmur, Kecamatan Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, pekan lalu (Kompas 25/2).

Dalam kesempatan itu Presiden mengatakan, kalau dalam petunjuk atasan ada hal-hal yang kurang benar, para petani bisa mengajukan keberatan dan saran, jangan cuma diam saja.

Kata Djamaludin Ancok, ajakan Presiden itu sangat baik. Sebab, dalam demokrasi yang baik memang ada kesempatan bagi orang bawah untuk omong dan Presiden mungkin ingin mengarah ke sana dengan mengangkat benar-benar partisipasi masyarakat di dalam memberikan masukan untuk pembangunan yang berkesinambungan.

Katanya, apa yang didengar langsung dari masyarakat bawah ini benar-benar fresh, artinya apa yang langsung mereka rasakan. “Sebab, kalau kita mendengar bukan dari masyarakat langsung, misalnya dari pejabat lini bawah, belum tentu dia membawa aspirasi masyarakat,” tambah Djamaludin.

Menurut Djamaludin Ancok, budaya bisu tidak khas budaya petani. Para petani itu bisa ngomong, buktinya ada petani yang datang ke DPR untuk mengutarakan isi hatinya.

Para petani itu memiliki pikiran juga. Mereka memiliki concern dengan kehidupan mereka. Mereka memiliki juga concern tentang kelangsungan keadaan mereka sendiri dan anak-cucu mereka.

 

 

Sumber :KOMPAS(02/03/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 96-97.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.