DALAM KEADAAN AMAN, 80% INDUSTRI STRATEGIS UNTUK PEMBANGUNAN

DALAM KEADAAN AMAN, 80% INDUSTRI STRATEGIS UNTUK PEMBANGUNAN

 

 

Jakarta, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto mengatakan 80 persen industri strategis, dalam keadaan aman, digunakan untuk menunjang pembangunan dan sisanya 20 persen dikembangkan untuk mengembangkan pertahanan keamanan.

Sedang dalam keadaan bahaya, industri strategis itu 80 persen serta dialihkan untuk pertahanan keamanan dan yang 20 persen menunjang pembangunan, demikian Kepala Negara dalam sambutannya setelah menyaksikan pameran keberhasilan pembangunan, pelayanan jasa dan perkembangan industri telekomunikasi di Bina Graha Jakarta, Senin pagi.

Pameran itu juga disaksikan oleh Wakil Presiden Sudharmono, Menko Ekuin Radius Prawiro, Menteri Perhubungan Azwar Anas, Menparpostel Soesilo Soedarman, Menristek BJ. Habibie, Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita.

Kepala Negara sebelumnya mengatakan dalam pembangunan nasional, telekomunikasi mempunyai peranan penting dalam rangka menyatukan wilayah sebagai suatu kesatuan lpoleksosbud Hankam.

 

Wawasan Nusantara

Enam kerangka Wawasan Nusantara, teknologi telekomunikasi mutlak harus dikuasai sehingga apa yang dicapai saat ini merupakan satu kerangka dari landasan untuk mengembangkan lebih lanjut kebutuhan komunikasi.

Oleh karena itu, dalam rangka pembangunan nasional yang akan datang untuk memenuhi strategi pembangunan jangka panjang kedua, kita akan melaksanakannya dengan kemampuan sendiri. Berarti kita harus menguasai teknologi dan melepaskan ketergantungan dari negara luar, kata Kepala Negara.

Syukur kalau kita bisa memberikan sumbangan kepada negara­negara lain dalam bidang teknologi itu, sekaligus melaksanakan kewajiban kita untuk menciptakan perdamaian dunia melalui telekomunikasi, kata Presiden.

Kepala Negara menambahkan, salah satu yang perlu diperhatikan untuk mengakhiri Pelita V, telekomunikasi mutlak diperlukan. Jadi jelaslah bahwa kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang ekonomi, industri maupun pertanian, kelancaran produksi dan distribusi memerlukan informasi dan telekomunikasi, baik antar daerah apalagi antar negara.

Tanpa alat telekomunikasi kita tidak bisa berhubungan dengan dunia luar dan daya jangkau serta daya saing kita akan kalah, kata Kepala Negara.

Oleh karena itu katanya mengulangi, telekomunikasi memegang peranan penting untuk pembangunan nasional. Oleh karena itu pula, PT inti dimasukkan ke dalam jajaran industri strategis.

 

 

Sumber :SUARA PEMBARUAN (15/01/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 256-258.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.