PEMBANGUNAN PERTANIAN MULAI BERKEMBANG SECARA DINAMIS

PEMBANGUNAN PERTANIAN MULAI BERKEMBANG SECARA DINAMIS

 

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto menilai, pembangunan pertanian mulai dapat berkembang secara dinamis. Hal ini ditunjukkan dengan telah berhasilnya peningkatan produksi berbagai jenis hasil pertanian, diperbaikinya tata cara berproduksi, dan meningkatnya efisiensi usaha tani. Selain itu penerapan teknologi dan manajemen usaha tani juga telah makin dikuasai.

“Semuanya itu menunjukkan bahwa bidang pertanian telah mulai beranjak maju dan berada pada tingkat awal dari pertanian yang tangguh,” tambah Kepala Negara pada upacara penyerahan penghargaan kepada para juara perlombaan intensifikasi pertanian tingkat nasional tahun 1988/1989 di Istana Negara, hari Senin.

Kepala Negara bersyukur, pembangunan pertanian telah mencapai hasil yang membesarkan hati. Menurut perkiraan, dalam tahun 1989 produksi beras mencapai 43,5 juta ton gabah kering giling, atau naik 4,5 persen dibanding tahun 1988.Dalam tahun ini diusahakan produksi beras mencapai 45 juta ton gabah kering giling, terutama harus dicapai melalui peningkatan intensifikasi seperti supra-insus, insus dan inmun.

Namun Presiden Soeharto mengingatkan, semuanya itu tidak berarti bahwa pembangunan pertanian telah mencapai tujuan yang diinginkan. Sebaliknya, perlu disadari bahwa apa yang telah dicapai itu baru merupakan sukses-sukses awal yang harus terus ditingkatkan.

“Tantangan-tantangan kita dalam pembangunan pertanian masih besar. Harapan-harapan kita juga masih banyak,” katanya.

 

Pedesaan yang Maju

Menurut Presiden Soeharto, dalam Repelita V ini harus dapat diperkuat lagi kerangka landasan pertanian yang telah berhasil diletakkan dalam Repelita IV. Di bidang pertanian, landasan pembangunan yang kukuh adalah terwujudnya pedesaan yang maju dengan kelengkapan catur sarana pertanian serta kemampuan masyarakat tani untuk menjawab dan menyesuaikan diri terhadap dinamika pembangunan.

Diingatkannya, usaha meningkatkan produksi berbagai hasil pertanian memerlukan peningkatan kegiatan bimbingan dan pelayanan yang makin baik. “Pengadaan sarana produksi, perbaikan penerapan teknologi, perkreditan, penelitian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian lebih besar lagi,” tegasnya.

Dalam kaitan ini, perusahaan pembimbing dan KUD hendaknya mengarahkan kegiatannya kepada upaya peningkatan nilai tambah, dengan meningkatkan kualitas produksi, pengolahan, pemasaran dan seterusnya. Sudah barang tentu kegiatan itu memerlukan keserasian gerak dan langkah dari berbagai instansi.

“Pengalaman kita membuktikan bahwa pelaksanaan Insus terutama supra-insus yang menekankan keterpaduan antara petani dan pembimbing sejak dari perencanaan sampai tahap akhir program ternyata berhasil mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi,” demikian Presiden Soeharto.

 

Pemenang

Menteri Pertanian Wardoyo melaporkan, pemenang lomba intensiflkasi pertanian meliputi Kelompok Tani “Tani Mulya Jaya” dari Kabupaten Karanganyar (Jateng) pemenang pertama lomba Insus pola tanam, Kelompok Tani “Tani Makmur” dari Kabupaten Klaten (Jateng), pemenang pertama lomba Tebu Rakyat Intensiflkasi, Unit Himpunan Supra Insus Kabupaten Ogan Komering Ulu (Sumsel), pemenang pertama lomba kelompok tani ternak Kelompok Tani “Cindelaras” dari Kendal, Jateng.

Sedangkan Satuan Pembina Bimas Propinsi Jatim ditetapkan sebagai pemenang pertama lomba tingkat karya bimbingan intensiflkasi dan berhak meraih piala bergilir Presiden Soeharto. Piala diterimakan kepada Gubernur Jatim, Soelarso.

Sementara itu Ny. Tien Soeharto juga menyerahkan dua mesin jahit dan tiga lusin piring masing-masing untuk wanita tani dari kelompok tani tersebut.

 

 

Sumber :KOMPAS (16/01/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 258-260.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.