Gresik, 17 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di Cendana
DOA SEBAIT SAJAK [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Bapak, dengan mengumpulkan segenap keberanian saya menulis surat ini. Saya adalah rakyat biasa. Oleh sebab itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila kata-kata saya menyinggung perasaan Bapak atau tidak beraturan. Sungguh itu bukan maksud saya. Walau sudah sangat terlambat, saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun.
Semoga Bapak diberi kebahagiaan, panjang umur dan tabah dalam menghadapi cobaan. Saya punya kata-kata yang saya tulis di hari Kamis, 21 Mei 1998, 09.05 WIB.
Hari ini kau kembali Perjalananmu, jejakmu, emas atau darah Sungguh aku tak mengerti Ku buka lembaran, hanya keindahan yang kutemui Salahkan bila ku tak sanggup memaki? Kepadamu yang kembali Setangkai trimakasihku Tak mungkin cukup ‘tuk menghargai.
Saya tulis kata-kata itu dengan air mata. Sebagai rasa prihatin seorang anak negeri ini. Bapak maafkan atas kelancangan dan kebodohan saya menulis surat ke Cendana ini. Saya selalu berdo’a semoga iman Bapak semakin kuat dengan adanya cobaan ini. Bapak semakin dekat dengan-Nya, sehingga Bapak ikhlas menerima semua cobaan. Amien ….. (DTS)
Was salam
Ny. Gemarmi
Jawa Timur
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1004. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.