DUNIA MENGANGGAP LUAR BIASA KEBERHASILAN INDONESIA DALAM PROGRAM KB

DUNIA MENGANGGAP LUAR BIASA KEBERHASILAN INDONESIA DALAM PROGRAM KB

 

 

Jakarta, Sinar Harapan

Bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-68, Presiden Soeharto memperoleh penghargaan dunia atas komitmennya terhadap masalah kependudukan dan keluarga Berencana (KB). Tepatnya pada tanggal 8 Juni 1969 pukul 05.00 PM (waktu setempat) atau pukul 05.00 WIB, Soeharto menerima penghargaan perorangan dari United Nation Population Award yang akan diserahkan langsung oleh Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Javier Perez de Cuellar. Bersamaan dengan itu “Family Welfare” dari Togo, Afrika menerima penghargaan yang sama mewakili lembaga kependudukan.

Peristiwa ini merupakan berita yang menggembirakan bagi bangsa Indonesia, sekaligus melegakan. Sebab semenjak tiga atau empat tahun yang lalu, sudah ada pembicaraan yang mendalam dari beberapa lembaga internasional, untuk mengusulkan Presiden, BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) atau katakanlah lembaga-lembaga lain dari Indonesia, tentang pemberian penghargaan dunia yang wajar bagi program kependudukan dan KB di Indonesia.

Pembicaraan di kalangan lembaga-lembaga internasional semakin gencar setelah mendapatkan hasil-hasil survei tahun 1987, yang hasilnya menyebutkan semua pasangan usia subur di Indonesia telah tersentuh program KB.

 

Rahasia

Survei ini bukan sembarangan, karena dilakukan sangat rahasia oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dan lembaga penelitian Westinghouse dari Washington, Amerika Serikat, setelah mendapat persetujuan dari Kepala BKKBN. Survei Prevalensi atau Survei Demografi dan Kesehatan itu dilakukan secara ilmiah dan mendalam.

Puluhan desa diambil sebagai sasaran survei dan tidak ada seorang pejabat BKKBN pun yang boleh tahu daerah sampling (contoh) penelitiannya. Semuanya dilakukan secara rahasia, karena ingin didapatkan hasil yang murni.

Hasil survei memberi gambaran, hampir seluruh pasangan usia subur (PUS) di Indonesia sudah tersentuh program KB. Tingkat penggunaan kontrasepsi menurut ukuran internasional sangat tinggi. Dalam usia program KB yang kurang dari 17 tahun ternyata terdapat “lompatan” yang luar biasa. Dari akseptor yang hampir nol pada masa awalnya kini telah mencapai lebih dari 50%.

Kendati pihak BKKBN belum puas dengan hasil tersebut, namun dunia menganggap keberhasilan yang dicapai sudah terbilang luar biasa. Apalagi hasil penelitian juga menunjukkan keberhasilan program KB itu bukan karena dipaksa atau dipersiapkan sebulan sebelum tim survei turun, namun merupakan kesadaran rakyat Indonesia sendiri.

Tim peneliti dari Washington dan Indonesia itu cukup terkejut melihat kenyataan tersebut. Padahal banyak kendala yang dihadapi sebuah negara seperti Indonesia. Antara lain, Indonesia bukan negara yang kaya raya. Demikian pula rata-rata tingkat pendidikan penduduknya belum terbilang tinggi dan sarana pelayanan kesehatannya tidak melimpah.

Jumlah klinik KB dan Puskesmas di Indonesia tidak lebih dari 10.000 unit. Jumlah dokter dan bidan juga terbatas, tidak lebih dari 12.000 orang untuk 70.000 desa yang terdapat di 13.000 pulau di seluruh Indonesia.

 

Bukan Halangan

Namun tampaknya itu semua bukan halangan. Sebagai contoh konkret terdapat data, pada tahun 1971 tingkat kelahiran 48,6 per seribu turun menjadi 28,6 per seribu tahun 1987. Tingkat kesuburan turun dari 5,6 per seribu menjadi 3,4 per seribu.

Selain itu yang menggembirakan lagi, kesadaran masyarakat untuk menunda usia perkawinan semakin meningkat dan usaha yang berkaitan dari penurunan fertilitas (angka kelahiran) melalui program KB mulai tampak hasilnya setelah tahun 1960. Untuk pertama kalinya pertumbuhan penduduk yang sebelumnya menanjak terus dapat direm dari 2,3% menjadi 2, 1%.

Di luar itu kesadaran masyarakat terhadap program KB juga luar biasa. Atas prakarsa sendiri, banyak kelompok masyarakat yang menggiatkan program KB. Ambil contoh di kalangan anggota pramuka, ada Satuan Karya Kencana (keluarga berencana) yang dengan usaha sendiri mengadakan penyuluhan KB di berbagai tempat.

Ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam organisasi PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga), Dharma Wanita, dan Dharma Pertiwi juga ikut giat dalam lapangan KB. Mereka mendirikan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di berbagai desa.

Tentu saja ini semua karena ada dorongan khusus dari Presiden Soeharto yang disertai pembentukan lembaga seperti BKKBN dan lembaga-lembaga lain yang mengurusi masalah kependudukan dan Keluarga Berencana tersebut.

Konsistensi keterlibatan Presiden Soeharto dapat dilihat dari begitu jelasnya rangkaian pernyataan dan kegiatan beliau. Mulai dari penandatanganan Deklarasi Kependudukan pada tahun 1967, yang kemudian sebagai kelanjutannya dibentuk panitia ad-hoc yang dalam pertemuannya dengan Presiden Soeharto, menyepakati untuk membuat program Keluarga Berencana secara nasional. Program itu pada awalnya ditangani oleh Lembaga Keluarga Berencana Nasional, yang belakangan menjadi BKKBN.

Kemudian pada peringatan penduduk dunia yang ke-5 miliar, Presiden Soeharto bahkan mengkhususkan satu hari penuh untuk mengikuti pembuatan film kependudukan. Sebagai Presiden, dengan kesibukan yang luar biasa, beliau masih mau meluangkan waktunya untuk melakukan shooting film dan peninjauan lapangan. Disini Kepala Negara sendiri yang menjadi pemeran utarna dalam film yang disponsori badan kependudukan dunia itu.

Kampanye lingkaran biru KB, juga dilakukan Presiden dengan penuh semangat. Untuk pertama kalinya perusahaan obat swasta dibawa ke istana dan oleh Presiden ditawarkan langsung kepada rakyat dengan harga yang rendah.

Hal lainnya yang tak dapat dilupakan adalah penghargaan bagi pasangan KB Lestari dan adanya lomba KB antar perusahaan yang hadiahnya diberikan langsung oleh Presiden Soeharto.

Demikian besarnya perhatian Presiden Soeharto akan keberhasilan program KB, sampai beliau mengatakan bahwa keberhasilan gerakan KB dalam Pelita V ini adalah penentu keberhasilan pembangunan kita. Ini berarti program KB oleh beliau benarĀ­benar dianggap serius untuk ditangani.

Kepala Negara memang sangat serius dalam masalah kependudukan dan KB di Indonesia Itulah sebabnya, sungguh pantas beliau memperoleh penghargaan tingkat dunia. Hal ini bukan saja karena kegiatan KB di Indonesia diakui secara nasional, namun lebih dari itu. Banyak negara di dunia yang melirik penuh perhatian, dan tak sedikit pula yang datang untuk belajar “rahasia” keberhasilan program KB di Indonesia.

Terbuktilah sudah, keberhasilan program KB di Indonesia tak dapat dilepaskan dari perhatian penuh Presiden Soeharto. Dengan sentuhan-sentuhan manusiawi yang diwujudkan dalam Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), tampak bahwa program Kependudukan dan Keluarga Berencana bukan sekadar menjarangkan atau membatasi kelahiran saja.

Ini merupakan kesimpulan para pakar dan pengamat KB dunia ketika mereka melihat sendiri di lapangan .Bahkan tidak sedikit wartawan luar negeri yang biasanya penuh kritik atas masalah negara berkembang, kini angkat topi atas keberhasilan pembangunan di Indonesia, khususnya program Keluarga Berencana.

Sebagai bangsa Indonesia, kita patut merasa bangga atas penghargaan tersebut dan sudah barang tentu program Kependudukan dan KB di Indonesia tidak hanya sampai di sini saja. Perjalanan masih sangat panjang, dan bagai pepatah “tak ada gading yang tak retak” harus diakui bahwa program KB masih ada kekurangan yang harus terus diusahakan perbaikannya. Usaha perbaikan untuk terus menyempurnakan program KB tentu saja tak dapat dilakukan Presiden seorang diri.

Untuk itu diharapkan kerja sama semua pihak, Presiden sudah memberikan contoh, kini saatnya seluruh masyarakat menggalang tekad untuk semakin mensukseskan program KB. Mari terus berjuang bersama-sama.

 

 

Sumber : SUARA PEMBARUAN (07/06/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 856-859.

 

 

 

i

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.