Lembang, 2 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak H. M. Soeharto
di Tempat
FOTO BAPAK SAYA PUNGUT [1]
Dengan hormat,
Saya seorang rakyat kecil mengucapkan terima kasih atas perjuangan Bapak sebagai Presiden selama 32 tahun.
Saya merasa sedih atas pengunduran Bapak sebagai Presiden. Mungkin rakyat yang lain merasa senang, suka ria dan sebagainya. Tapi, bagi saya, setelah mendengar dan melihat di Televisi tak terasa air mata berlinang, sedih, kecewa. Tetapi tak bisa berbuat apa-apa, karena saya hanya rakyat kecil.
Bapak H. Soeharto yang saya hormati. Foto Bapak yang terpampang di kantor di turunkan, saya punguti dan saya pasang di rumah. Biar saya bisa memandang wajah yang bijaksana dan hati saya merasa damai dan tenteram. Bila sudah memandang wajah Bapak yang kebapakan dan berwibawa, saya merasakan kasih sayang seorang Bapak kandung.
Sebelumnya saya minta maaf atas beraninya saya mengirim surat, tetapi kalau tidak begini hati saya tidak plong dan gelisah terus dan tidak bisa tidur. Saya hanya bisa mendo’akan Bapak dari jauh, semoga panjang umur, sehat jasmani dan rohani.
Amin ya robbal ‘alamin. (DTS)
Sembah sujud
Suhaelinayati
Jawa Barat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 973. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.