GABMO BOYONG PIALA PRESIDEN, TUMBANGKAN JAKSEL DI FINAL

GABMO BOYONG PIALA PRESIDEN, TUMBANGKAN JAKSEL DI FINAL[1]

 

Banda Aceh, Antara

Juara bertahan Gabungan Bridge Manado (Gabmo) untuk keempat kalinya berturut-turut memboyong Piala Presiden Soeharto, lambang supreniasi olahraga bridge di Indonesia setelah dalam grand final antar gabungan kelas A kejurnas bridge ke-35/1994 di Gedung Sosial Banda Aceh mengalahkan tim Jakarta Selatan dengan skor akhir 139-130 IMP.

Kedua tim tersebut dalam pertandingan yang menegangkan memainkan total 64 papan dalam dua ronde. Pertandingan ronde pertama Minggu malam setelah memainkan 32 papan, Jakarta Selatan yang diperkuat sejumlah pemain nasional antara lain Hasyim Arief, Ir. Sidi Purnomo, Edison Muntu, Geovani Watulingas dan Sance Panelewen berhasil meredam keperkasaan pemain Gabmo yang dikawal pasangan terbaik Indonesia saat ini, Hengky Lasut/Eddy Manoppo dengan selisih angka yang cukup jauh 110-63 (47 IMP).

Memasuki ronde kedua Minggu pagi yang juga memainkan 32 papan, Eddy Manoppo dan kawan-kawan dengan berbekal mental juara berhasil memukul balik tim Jakarta Selatan sekalipun hanya terpaut sembilan IMP, yakni 139-130 sekaligus menjuarai kelas Ayang hanya  diikuti 16 tim elit di Indonesia.

“Pada ronde kedua kami benar-benar bermain jelek,” kata Ir Sidi Purnomo, ketua Gabungan Bridge Jakarta Selatan yang juga ikut memperkuat timnya ketika ditemui ANTARA di arena kejurnas bridge 1994 Gedung Sosial Banda Aceh beberapa saat setelah usainya pertandingan final.

Komentar senada juga dilontarkan pemain utama Jakarta Selatan, Hasyim Arief. “Saya akui Gabmo memang kuat, cuma Jakarta Selatan membuat banyak kesalahan sehingga tidak bisa menjaga jarak kemenangan selisih 47 IMP Hasil pertandingan ronde pertama. Selain melakukan blunder (kesalahan fatal) dalam penawaran juga mungkin ada hubungannya dengan kesalahan strategi, yakni pemasangan pemain,”katanya.

“Pokoknya blunder kita satu gerobak. Kesalahan terjadi pada banyak papan sehingga Gabmo menang satu board,” kata Edison Muntu, pemain Jakarta Selatan yang tergolong senior dan Juni lalu bertindak sebagai kapten tim putri Indonesia ke Kejuaraan Bridge Timur Jauh (Far East) di Welington Selandia Baru.

Sesuai Dengan Skenario

Kapten Tim Gabmo Ir J.J.S. Lolong mengatakan tampilnya Gabmo sebagai juara sesuai dengan skenario. “Kami bukan hanya bertekad merebut gelar juara untuk keempat kalinya tetapi juga telah melakukan persiapan yang cukup matang,” katanya. Menurut Lolong, dalam menghadapi kejurnas di Banda Aceh Gabmo melakukan seleksi ketat dalam merekrut pemain dan berlangsung dalam lima tahap. Hasilnya, benar-benar memuaskan.

“Kalau Brazil menjadi negara pertama yang empat kali juara dunia dalam cabang sepakbola, Manado juga merupakan satu-satunya Gabungan Bridge di Indonesia yang berhasil merebut gelar juara nasional gabungan kelas A. Bedanya dengan Bra­zil, Manado mencetak sukses cemerlang inidalam empat kali berturut-turut,” katanya.

Jauh sebelum meninggalkan Manado, semua pemain telah sepakat akan berjuang habis-habisan untuk membawa kembali Piala Presiden ke Manado, kata Lolong yang juga sekretaris Pengda Gabsi Sulawesi Utara. Keberhasilan Gabmo memukul balik Jakarta Selatan pada ronde kedua berkat konstribusi nilai yang disumbangkan pasangan handal Hengky Lasut/Eddy Manoppo.

Dari dua regu yang turun serempak menghadapi pemain lawan, pasangan Hengky Lasut/Eddy Manoppo yang bermain nonstop menyumbangkan nilai tertinggi kepada timnya, yakni 52-3 IMP sedangkan regu kedua Mauri/Nurhamidan serta MF Manoppo/Max Agow  25-16 . Gabmo Manado sebagai runner-up pool  X maju ke grand final setelah memukul juara pol Y Bontang Kalimantan Timur, dan Jakarta Selatan menumbangkan I juara pool X Kodya Bandung. Bontang yang tampil di putaran final berbekal sebagai juara pool Y harus puas menduduki peringkat ketiga sesudah menghantam tim gabungan bridge Kodya Bandung dengan skor telak 214-83, dan kodya Bandung menempati peringkat keempat.

Pemain yang diturunkan kedua tim: Gabmo Manado: H.Lasut, E. Manoppo, J. Mauri, Ch Nurharnidin, Ir J. Sumanti, R.Lolong, S.Mandey, F.Lumenta, Max Agow, MF Manoppo, J.Tirajoh, R. Lempoy. Jakarta selatan: ir. Sidi purnomo, Dony tuera, Hasyim arief, Noldy george, Sance panelewen, Geovani watulingas, Sobur hawadi, Ibnu abas, dan Edison muntu. Daftar peringkat gabungan kelas A:1. Gabmo Manado, 2. Jakarta selatan, 3.Bontang, 4. Kodya Bandung, 5. Jakarta pusat, 6. Jakarta Barat, 7. Surabaya, 8. Jakarta Utara, 9. Semarang, 10 .Palu. Sementara itu, enam tim yang mendapat promosi ke kelas A setelah menempati peringkat teratas dalam kejuaraan antar-gabungan kelas B, yaitu medan, bukit tinggi, padang, belitung, matraman dan tanggerang. Enam tim yang terkena degradasi turun bertanding di kelas B pada kejurnas dua tahun mendatang terdiri atas Gabungan Bridge jakarta Timur, bekasi, minahasa, gorontalo, pontianak, dan Ambon. (UOK04/Bda.PK002/Bda.003/Bda.001/SP03/17:12/RE2/17:47)

Sumber:ANTARA(25/07/1994)

____________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 666-668

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.