HAMPIR 80 PERSEN PERSALINAN DI INDONESIA DITOLONG DUKUN BAYI

HAMPIR 80 PERSEN PERSALINAN DI INDONESIA DITOLONG DUKUN BAYI

 

 

Jakarta, Antara

Peranan dokter dalam menolong persalinan di Indonesia dewasa ini masih sangat kecil karena hampir 80 persen persalinan yang ada ternyata masih ditolong oleh dukun bayi.

Penasehat Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Samiarti Martosewoyo, atas pertanyaan wartawan selesai diterima Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta, hari Selasa menjelaskan bahwa berdasarkan penelitian terakhir yang dilakukan tahun 1986, angka persalinan di Indonesia setiap tahun mencapai 5,5 juta kelahiran.

“Sekitar 20 persen persalinan itu ditolong bidan, dua persen oleh dokter, sedangkan sisanya ditolong oleh dukun,” katanya.

Kendati peranan dukun dalam menolong persalinan masih begitu besar, menurut Samiarti, bidan tidak menganggap mereka sebagai saingan dan bahkan sebaliknya sebagai mitra yang harus terus dibina.

Penasehat IBI lainnya, dr. Muki Resoprojo, menyatakan bahwa tidak mudah untuk menghitung jumlah dukun bayi di Indonesia secara tepat. Akan tetapi, dokter kebidanan yang banyak menekuni masalah sosial itu memperkirakan jumlah dukun bayi di Indonesia dewasa mencapai sekitar 200 ribu orang.

Perkiraan tersebut didasarkan pada perhitungan bahwa jumlah dukun sama dengan tiga kali jumlah desa karena yang disebut desa biasanya terdiri atas beberapa dukuh, sedangkan pada setiap dukuh biasanya mempunyai seorang dukun bayi.

Angka perkiraan penasehat IBI itu lebih besar dibanding data Departemen Kesehatan, yang menurut Samiarti Martosewoyo menyebutkan bahwa jurnlah dukun bayi di Indonesia dewasa ini mencapai sekitar 110 ribu orang dan 80 ribu di antara mereka sudah memperoleh pendidikan keterampilan pertolongan persalinan.

Samiarti dan Muki menghadap Presiden Soeharto bersama para Pengurus Pusat IBI lainnya untuk melaporkan hasil-hasil Kongres X IBI yang berlangsung di Surabaya Oktober tahun lalu. Mereka dipimpin langsung oleh Ketua Umum Pengurus Pusat IBI Ny. Yuzar Boer.

Kepala Negara dalam petunjuknya mengharapkan IBI bisa membina dan membimbing masyarakat dalam melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan. Pembinaan itu diharapkan dapat dilakukan IBI bersama instansi dan pihak-pihak lain yang terkait dalam masalah tersebut.

Kepada wartawan seusai pertemuan itu, Samiarti juga menjelaskan bahwa kecenderungan tingginya angka kematian bayi di pedesaan terutama disebabkan oleh terbatasnya pertolongan yang berkualitas tinggi.

Menurut dia, kematian bayi dalam persalinan yang ditolong oleh dukun lebih banyak disebabkan oleh faktor tidak sterilnya sarana pertolongan yang ada.

Muki Resoprojo, menambahkan bahwa bagi IBI, bagaimana menyelamatkan persalinan di kalangan rakyat Indonesia yang sebagian besar (sekitar 70 persen) hidup di pedesaan merupakan tantangan utama yang harus dihadapi. Tantangan tersebut dirasakan bertambah berat mengingat penyebaran tenaga kesehatan berbanding terbalik dengan penyebaran penduduk, yakni 70 persen tenaga kesehatan masih berada di perkotaan.

Berdasarkan catatan, angka kematian bayi di Indonesia dewasa ini mencapai 70 per 1.000 kelahiran. Pada Repelita V mendatang, angka itu diharapkan bisa ditekan menjadi 58 per 1.000, antara lain melalui upaya peningkatan keterampilan para bidan.

 

 

Sumber : ANTARA (28/03/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 640-641.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.