HARUS AKTIF BERUSAHA TINGKATKAN EKSPOR

PRESIDEN KEPADA DUBES2 BARU:

HARUS AKTIF BERUSAHA TINGKATKAN EKSPOR

Presiden Soeharto meminta perhatian khusus para duta-besar dalam mencari segala daya upaya untuk meningkatkan ekspor, khususnya dalam kaitannya dengan serangkaian kebijaksanaan yang dikeluarkan Pemerintah awal bulan ini yang dikenal sebagai Kebijaksanaan Ekspor Januari 1982.

Kepala Negara mengemukakan harapannya itu ketika melantik enam Duta Besar baru di Istana Negara, Jakarta, Sabtu pagi.

Presiden mengatakan, dunia yang masih penuh dengan ketegangan dan kemelut politik itu, terasa semakin memprihatinkan disebabkan keadaan resesi yang nampaknya belum segera dapat diatasi.

Keadaan ekenomi dunia yang buruk itu jelas berpengaruh buruk terhadap keadaan perekonomian Indonesia, khususnya dalam ekspor barang2 bukan minyak dan gas bumi, kata Presiden.

Oleh karena itu, di samping kewaspadaan nasional harus terus ditingkatkan, Indonesia juga harus berusaha dengan segala kemampuannya untuk mendorong dan meningkatkan ekspor barang2 non-minyak dan gas bumi.

Berkat usaha yang terus menerus dilakukan untuk meningkatkan ekspor, keadaan ekonomi Indonesia masih dapat bertahan dan tumbuh serta cadangan devisa yang cuk:up aman dapat dihimpun.

Namun dengan adanya berbagai krisis ekonomi dan resesi yang berkepanjangan itu, perhatian harus dipusatkan untuk mengatasi pukulan keras terhadap ekspor Indonesia itu.

”Di samping devisa harus digunakan secara optimal untuk mendorong ekspor, daya saing barang2 ekspor Indonesia harus terus diperkuat,” kata Presiden.

Dengan dikeluarkannya serangkaian kebijaksanaan awal bulan ini, peningkatan ekspor ini merupakan salah satu kegiatan yang akan mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah.

Ekspor non-minyak harus terus dinaikkan, bukan saja karena negeri ini memerlukan devisa untuk menggerakkan pembangunan, tapi terlebih lagi karena kelangsungan ekspor hasil pertanian dan industri akan memberikan lapangan kerja dan menghidupi jutaan petani yang bekerja di lapangan pertanian, perkebunan, pertambangan dan industri.

Langkah2 yang Diambil

Dalam rangka menggalakkan ekspor non minyak ini dilakukan berbagai langkah secara terpadu seperti mempemudah prosedur ekspor, memperlancar dan memperbaiki angkutan, memperlancar sistem dan memperluas kredit untuk ekspor.

Selain itu Pemerintah juga mengambil keputusan untuk mengkaitkan dan pembelian dan pemborongan proyek2 besar oleh pihak asing dengan mewajibkan mereka membantu mengekspor barang2 Indonesia di luar transaksi ekspor yang telah ada.

Langkah lain yang akan diambil segera oleh Pemerintah untuk memperbesar penerimaan devisa adalah lebih menggalakkan lagi arus wisatawan ke Indonesia.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan, kata Presiden Soeharto, sambil menambahkan bahwa banyak negara lain yang melalui arus wisatawan dapat menghasilkan devisa yang tidak kecil.

Dalam keterangannya Kepala Negara mengemukakan bahwa dalam Pelita IV dan selanjutnya, pembangunan industri harus dilakukan secara besar2an, yang semuanya ini lebih banyak memerlukan devisa untuk membeli barang modal, mesin2 dan lain2.

Dalam rangka pembangunan jangka panjang, Indonesia akan mencapai keseimbangan pada tingkat yang tinggi antara kemajuan industri yang kokoh dengan dukungan pertanian yang kuat.

Presiden juga menekankan bahwa langkah2 peningkatan ekspor tsb akan banyak ditentukan oleh pekerjaan2 besar yang dilakukan di dalam negeri.

“Di sinilah terletak tugas penting para Duta Besar bersama seluruh anggota Perwakilan,” katanya.

Jangan Terjebak

Lebih jauh Presiden Soeharto mengemukakan, tidak seorang pun diantara kita terjebak oleh suasana kerja2 yang rutin, lebih2 bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun.

Oleh karena itu, kita harus meninggalkan sikap rutin dan tetap melaksanakan tugas dengan semangat sebagai pejoang pembangunan disegala bidang dan disetiap tempat pengabdian kita kepada bangsa dan negara ini. Demikian Presiden.

Enam Dubes Baru

Keenam duta besar baru yang dilantik Presiden Soeharto hari Sabtu itu masing2 laksamana Madya TNI Raden Eddie Soeprapto sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Korea, Letnan Jendera TNI (Purn.) Achmad Tirtosudiro sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia.

Untuk Kerajaan Arab Saudi, Laksamana Madya TNI Drs. R.M. Subroto Yudono sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Federal Nigeria merangkap Republik Liberia, R. Supangat Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Kenya dan Mh. Isnaeni, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Sosialis Rumania.

Dalam pelantikan yang dihadiri oleh Wakil Presiden bersama Nyonya Nelly Adam Malik itu, juga hadir para Menteri kabinet Pembangunan bersama nyonya serta undangan lainnya.

Suasana ramai saat itu, dan pada acara ramah tamah, para tamu asyik terlibat didalam pembicaraan2 serta saling bertukar pendapat.

Para duta besar yang beru dilantik dan diambil sumpahnya itu bersama keluarganya kemudian foto bersama dengan Presiden dan Ibu Soeharto. (RA)

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (30/01/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 975-977.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.