Malang, 21 September 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

di Tempat

HATI SAYA IBA MEDIA MASSA

MENGHUJAT BAPAK [1]

Dengan hormat,

Maafkan saya apabila surat ini kurang berkenan di hati Bapak, tapi ijinkan saya melanjutkan surat ini.

Sebenarnya sudah dari dulu saya ingin menulis surat ke Bapak. Tapi sesudah dari berbagai media Massa yang menghujat Bapak rasanya hati ini iba melihat penderitaan Bapak.

Walaupun semua menghujat Bapak di hati ini masih tetap terpatri seorang Bapak yang bijak dan patut saya contoh. Belakangan ini di berbagai media massa memojokkan Bapak.

Saya harap Bapak dapat tabah menghadapi cobaan ini. Perlu Bapak ketahui walaupun saya orang yang termasuk tidak punya, ayah saya tidak bekerja lagi, kakak-kakak saya merantau di Jakarta hingga saat ini belum bekerja. Sekolah pun saya dibiayai oleh saudara jauh.

Saya tidak ingin meminta suatu apapun dari Bapak yang saya pinta doakan saya menjadi seorang yang berbudi luhur. Saat ini saya bersekolah di SMK Kartika V-I Malang. Saya masih duduk di kelas satu.

Doa saya terus mengiringi Bapak Surat saya ini saya tujukan dapat mengurangi sedikit saja beban Bapak. Walaupun tindakan yang Bapak perbuat menurut orang-orang salah tapi bagi saya Tuhanlah yang tahu. Dan alangkah terhormatnya saya bila Bapak memberi foto Bapak/sekeluarga dan tanda tang an Bapak.

Saya mohon maaf bila di surat ini ada kelebihan dan kekurangan. (DTS)

Hormat saya,

Dati Wijayanti

Malang – Jawa Timur

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 744. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.