Hidup Seperti Roaler Coaster

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di Tempat

HIDUP SEPERTI ROALER COASTER [1]

Yang kami kasihi dan kami hormati Bapak Soeharto, Perkenankanlah saya melalui surat ini menyampaikan kepada Bapak perkataan-perkataan yang menguatkan di dalam suatu renungan. Mazmur 94 : 17 – 19.

17 Jika bukan Tuhan yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi.

18 Ketika aku berpikir: “Kakiku goyah, maka kasih setiaMu, ya Tuhan menyokongku.

19 Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburanMu menyenangkan jiwaku. “Juga di sana tanganMu akan menuntun aku dan tangan kananMu me­megang aku”. (Mazmur 139 : 10)

Roaler Coaster adalah sebuah kereta yang terpasang pada sebuah rel yang meluncur dengan kecepatan penuh mengikuti rel yang naik setinggi-tingginya, turun dengan curam sehingga orang-orang merasa seperti jatuh, berbelok tajam hampir menabrak, meluncur dalam keadaan miring bahkan dalam keadaan terbalik. Orang-orang yang menaiki kereta tersebut sebenarnya ingin mendapatkan kesenangan, tapi karena “kenyataan” yang ada sering kali mereka menjerit-jerit ketakutan. Tetapi, secepat dan sengeri apapun perjalanan yang dilalui, kereta itu tetap terpasang kuat pada relnya dan semua perjalanannya sudah direncanakan dan sudah di bawah kontrol.

Mungkin Bapak belum pernah menaiki permainan semacam itu tetapi dalam banyak hal, kehidupan kita seperti itu. “Kereta” Bapak meluncur dengan kecepatan penuh menuju jalan yang menanjak naik begitu tinggi kemudian menurun dengan tajam seperti terjatuh. Kehilangan segala sesuatu bisa saja terjadi dan Bapak melakukan banyak hal, menutup mata, berteriak, menjerit, menangis, dan me­nemukan kenyataan terakhir bahwa, selama “kereta” itu berjalan, Bapak tidak turun dari “kereta” itu!

Semua belokan tajam keluarga Bapak, segala kenaikan mem­bumbung dari problem Bapak, kejatuhan mengejutkan karena dosa Bapak, raungan roda pekerjaan mencari nafkah, gesekan pilu dari hati yang luka, bahkan seluruh masa depan terbalik di depan mata Bapak. Itulah Kehidupan! Dan Allah Pemegang Kontrolnya! (DTS)

Dalam kasih Tuhan

Dr. Tressiaty Pohe

Jakarta Utara

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 652-653. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.