IGGI HARGAI INDONESIA YANG KURANGI PEMAKAIAN PESTISIDA
Jakarta, Antara
Negara-negara dan organisasi internasional anggota IGGI menghargai keputusan Indonesia untuk mengurangi penggunaan pestisida dalam sektor pertanian khususnya padi, karena terbukti hal itu justru meningkatkan produksi dan sekaligus bisa mengurangi subsidi pemerintah.
Pujian para anggota IGGI itu dikemukakan Menteri Keuangan J.B Sumarlin kepada wartawan sesudah melaporkan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, Kamis tentang hasil sidang IGGI di Den Haag tanggal 14-15 Juni. IGGI menghargai langkah-langkah Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungannya karena tindakan itu diambil lebih dini/awal dibanding negara-negara lain.
Selain masalah pengurangan penggunaan pestisida, keputusan Indonesia lainnya di bidang lingkungan hidup yang mendapat dukungan IGGI adalah penerapan ketentuan analisis dampak lingkungan (andal) bagi proyek industri.
“Bagi IGGI hal ini merupakan masalah menarik, sebab negara negara di Eropa sedang menghadapi masalah gawat dalam lingkungannya akibat pencemaran limbah industri di Laut Utara hingga banyak anjing laut yang mati. Indonesia dipuji karena bisa lebih dahulu menangani masalah lingkungan,” kata Sumarlin.
Sumarlin mengatakan dalam sidang dua hari tersebut, Organisasi Pangan Dunia (FAO) menyampaikan laporan yang disusun seorang ahlinya, Pieter Kenmore tentang program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) untuk tanaman padi di Indonesia yang berkaitan dengan dikeluarkannya Inpres No. 3 tanggal 5 November tahun 1986.
Inpres No. 3/86 tersebut melarang penggunaan 57 jenis insektisida yang 20 diantaranya digunakan secara luas oleh petani di tanah air.
Keputusan itu dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa penggunaan insektisida secara berlebihan bisa memusnahkan musuh alami hama dan di lain pihak merangsang tumbuhnya wereng coklat.
“Dengan pengurangan-penggunaan pestisida yang semula 4,5 kali setiap tahun menjadi setengah kali saja maka hasil per ha bukannya turun tapi justru meningkat. Ini berarti penurunan biaya bagi petani dalam menanam padi. Bagi pemerintah penggunaan pestisida yang semakin sedikit, berarti subsidinya berkurang,”kata Sumarlin ketika mengutip laporan FAO kepada IGGI. Menurut FAO, manfaat lain yang dinikmati Indonesia adalah lingkungan alarnnya semakin terpelihara misalnya air tidak tercemar, dan ikan tidak mati.
Dalam kesempatan itu, Sumarlin juga menjelaskan bahwa kehadiran Inpres No 3/86 memperoleh sambutan hangat dari sejumlah ahli internasional, antara lain yang ditandai dengan diterbitkannya buku” Integrated Pest Management, Quo Vadis”.
Buku yang ditulis Prof V Delucchi dari Zurich tersebut dipersembahkan kepada Presiden Soeharto, karena dalam kata pengantamya disebutkan “This volume is dedicated to the President of Republic oflndonesia who on November, 5 , 1986 declared IPM (Integrated Pest Management) in rice” (Buku ini dipersembahkan pada Presiden Soeharto yang pada tanggal 5 November 1986 mencanangkan penanganan hama terpadu dalam beras).
Presiden Soeharto ketika menanggapi buku itu mengatakan bahwa keputusan pada tahun 1986 tersebut diambil untuk mengamankan kepentingan Indonesia sendiri yaitu tetap terpeliharanya swasembada beras dan melestarikan lingkungan hidup.
Sumber : ANTARA(16/06/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 553-555.