INDONESIA KURANGI EKSPOR BERAS AKIBAT PACEKLIK[1]
Jakarta, Antara
Indonesia akan mengurangi ekspor berasnya tahun 1994 sebanyak 180.000 ke sesama negara berkembang anggota GNB untuk menambah persediaan beras guna menghadapi paceklik dan banjir.
Seusai menemui Presiden Soeharto di Bina Graha, Kamis, Menteri Negara Urusan Pangan I Kepala Bulog Ibrahim Hassan mengatakan kepada pers bahwa ekspor beras yang sebenarnya merupakan pinjaman itu diperkirakan tahun ini 600.000 ton. Ibrahim mengatakan jika temyata paceklik tidak menimbulkan masalah dan tidak adanya pengaruh banjir atau bencana alam terhadap pengadaan stok nasional maka peminjaman beras akan dilanjutkan kembali.
Ia mengemukakan Indonesia akan minta agar pinjaman beras yangjatuh tempo pada tahun ini supaya dikembalikan misalnya dari Pilipina. Pinjaman bagi Pilipina itu akan jatuh tempo pada Desember mendatang. Negara tetangga itu ingin mengembalikannya dengan memberikan gula pasir. Namun karena Indonesia mungkin belum membutuhkan gula itu maka akan dicarikan jalan keluarnya.
Impor dari AS
Kepada Presiden Soeharto, juga dilaporkan tentang Nota Persepahaman (MOU) bagi impor beras 10.000 ton dari AS dalam rangka menghadapi pelaksanaan kewajiban Indonesia membeli beras luar negeri akibat perjanjian perdagangan multi lateral Uruguay Round.
Berdasarkan ketentuan Uruguay Round, Indonesia setiap tahunnya diwajibkan mengimpor minimal 70.000 ton beras. Namun karena produksi dalam negeri mencukupi, pada tahap pertama Indonesia mungkin hanya mengimpor 10.000 ton. Namun Ibrahim mengatakan beras impor itu tidak akan dilempar ke pasaran bebas untuk memenuhi konsumsi masyarakat umum melainkan untuk restoran.
” Jenis beras yang akan diimpor itu adalah super high quality,” kata Ibrahim. Namun ia mengatakan sampai sekarang belum ditetapkan kapan impor itu akan dilakukan.
Jika impor itu sudah terlaksana, maka Indonesia bisa membuktikan bahwa sebagai salah satu negara penanda tangan Uruguay Round siap melaksanakan ketentuan perjanjian itu.
Kepada Presiden, juga dilaporkan bahwa pembelian beras oleh 150 satgas telah berjalan lancar terutama di daerah yang terkena bencana banjir. Harga gabah kering panen (GKP) telah naik dari harga dasar Rp 260/kg menjadi Rp 288.
“Presiden memerintahkan agar Bulog menghentikan operasi pasar jika para pedagang sudah membeli di atas harga dasar. Bulog diperintahkan untuk membeli gabah di daerah terpencil atau daerah yang masih banjir,” katanya.
Karena mutu gabah pada tahun ini mungkin tidak sebaik tahun lalu akibat banjir maka pemerintah mengharapkan pengertian para pegawai negeri bahwa beras yang akan mereka terima tahun ini mungkin tidak sebaik tahun silam. (T/EU02/EU09/14/04/9415:25/RB2)
Sumber:ANTARA (14/04/1994)
_______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 247-248.