Jakarta, 26 Oktober 1998
Kepada
Yth. Bapak H. Mohammad Soeharto
Jl. Cendana No. 8
Jakarta Pusat
JALAN KEPANDHITAAN [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur hanya kepada Allah Swt, dan hanya atas kehendak kuasaNya titah hidup di dunia. Sebagian hidup sudah dijalani dan sisanya bisa menjadi bagian jalan hidup untuk akherat. Begitu pula agaknya atas idzin-Nya, ditakdirkan saya dapat bertemu Bapak Soeharto pada hari Jum’at (23 Oktober 1998) pada saat takziah, layat wafatnya Bapak H. Mohammad Soelardi Hadisaputro, di Jl. Taman Duren Sawit, dan berkesempatan pula melaksanakan sholat jenazah bersama.
Rasa hormat dan senang hati saya melihat kesehatan Bapak yang senantiasa terjaga baik, segar, tegar dan tampak cerah dengan senyum kesepuhan serta tawaddu’.
Kesan saya semoga tidak keliru, diamnya Bapak selama ini dapat mengandung arti tersimpannya persiapan langkah jalan Madeg Mandhito, Pandhitaning seorang muslim Pancasila dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Jalan kepandhitaan adalah zuhud, suluk, tarekat, dan itu tidak mudah. Jalan kepandhitaan akan bertambah sulit, rumpil margane dan abot sanggane, walaupun luhur tembe burine.
Puji syukur kehadirat Allah Swt, dan hormat saya kepada Bapak yang tampak teguh menjalani (menerima dan tabah menempuh jalan Madeg Mandhito) sesuai dengan kridaning jaman : Jumbuh kang ginayuh, sembodo kang sinedyo. Begitulah iringan do’a dan harapan seperti yang saya ungkapkan dalam renungan Peringatan Hari Ulang Tahun Bapak ke-77, “Lengser Keprabon Madeg Mandhito” (dalam “Serat Pangadegan”, tanggal 26 Juni 1998) yang saya kirimkan kepada Bapak dan balasan surat renungan tersebut telah pula saya terima.
Terlampir bersama surat ini, dua buku kecil “USWATUN HASANAH” dan “Kisah Kesabaran Para Nabi dan Rasul”.
Terima kasih dan mohon ma’ af. (DTS)
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hormat,
Umar Mansyur Sedyopranoto
Dan Keluarga
Pancoran – Jakarta
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 666-667. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.