JANGAN EKSPOR TERNAK HIDUP; TAPI DAGING BEKU

JANGAN EKSPOR TERNAK HIDUP; TAPI DAGING BEKU

Presiden:

Presiden Soeharto memberi petunjuk, bahwa bila mau mengekspor sapi lebih baik diproses dulu menjadi daging beku atau kalengan, karena proses itu menyangkut juga lapangan kerja.

"Kalau mau ekspor ternak hidup lebih baik jangan, tapi hendaknya diproses dulu," ujar Presiden memberi petunjuk kepada Menteri Pertanian Achmad Affandi serta Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Peternakan dan Perikanan JH. Hutasoit yang datang melapor ke Jalan Cendana Rabu siang.

Menurut Hutasoit, pemikiran tentang rencana mengekspor sapi itu timbul setelah melihat lesunya pasaran dalam negeii, kini terdapat sekitar 10.000 ekor sapi yang tidak dapat dipasarkan.

Karena itu, Presiden mengingatkan, agar yang diproses untuk diekspor hendaknya berkisar 2.000 ekor mengingat nanti kemungkinan membaiknya pasaran di dalam negeri. Pasaran daging Indonesia terbuka di Timur Tengah.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Soeharto menyerukan pula untuk mencari upaya peningkatan produksi tepung ikan dalam negeri, karena kini untuk mengimpornya diperlukan devisa USS 40 juta setahun.

Pabrik mengolahan tepung ikan dimaksud dikatakan, sudah disetujui untuk dibangun di Aru, Maluku.

Hutasoit melaporkan tentang kesepakatan protein hewani yang diperlukan setiap orang Indonesia perhari, yaitu daging temak 5 gram dan ikan 7,5 gr. Atau pertahunnya temak 6,5 Kg, telur 4,2 Kg, ikan 2,5 Kg.

Menurut dia, bila produksi sumber protein hewani masih seperti sekarang, maka upaya pemenuhan itu bam bisa tercapai pada akhir Repelita V mendatang. (RA)

Jakarta, Merdeka

Sumber : MERDEKA (1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 280-281.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.