JANGAN KEHILANGAN PERSPEKTIF

JANGAN KEHILANGAN PERSPEKTIF

 

 

Tajuk Rencana

Sebagai negara sedang membangun pelbagai tantangan yang dihadapi Indonesia masih akan tetap bermunculan. Tidak jarang tantangan itu begitu sulit mengatasinya, hingga bisa menimbulkan keragu-raguan. Keragu-raguan bisa menyangkut masalah taktis, bisa pula strategis.

Dalam kaitan itulah agaknya, apa yang ditegaskan Presiden Soeharto, ketika menerima peserta Kursus Reguler Angkatan ke-18 Lemhannas, Kamis lalu, patut sekali direnungkan.

Ditegaskan Presiden, dengan menyadari banyaknya masalah yang dihadapi dari waktu ke waktu, kita tidak boleh kehilangan perspektif pembangunan jangka panjang. Sebab, dalam perspektif jangka panjang itu kita telah mencapai kemajuan-kemajuan sangat mendasar.

Bila kita kembali ke latar kelahiran Pancasila pada awal kemerdekaan, tidak keliru bila dikatakan bahwa Pancasila merupakan konsepsi baru ideologi dan kemasyarakatan.

Konsepsi baru dengan nilai-nilai yang digali dari prikehidupan bangsa kita sendiri dijadikan alternatif dari konsepsi­konsepsi yang sudah ada.

Sebab, konsepsi-konsepsi itu dalam pelaksanaannya belum juga mampu menyelamatkan manusia dan kemanusiaan dari pertentangan yang menjurus ke kehancuran.

Sebagai konsepsi baru sangat bisa dimengerti bila Pancasila banyak menghadapi tantangan. Tantangan itu bersumber pada nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi lama dan kenyataan-kenyataan yang sempat berakar sebagai pelaksanaannya dan kenyataan-kenyataan itu berakar begitu dalam, hingga cenderung menimbulkan keragu-raguan di kalangan bangsa kita sendiri terhadap konsepsi nasionalnya.

Ada indikasi keragu-raguan itu membesar karena beratnya dampak resesi ekonomi dunia ini menyebabkan timbulnya pula dorongan yang sangat mengkhawatirkan agar kembali ke konsepsi lama.

Menjabarkan konsepsi baru kita dalam pola-pola operasional yang dijiwai konsepsi lama dan ironisnya fenomena ini muncul justru pada saat bangsa makin dituntut memusatkan perhatian dan menggerakkan segala daya mampu nasional untuk meletakkan kerangka landasan yang kokoh dan kuat bagi terwujudnya konsepsi itu ke alam kenyataan.

Menghadapi perkembangan itu timbul pertanyaan, apakah bangsa Indonesia akan berhasil atau tidak, merampungkan pelaksanaan konsepsi barunya? Atau, apakah konsepsi baru itu akan ditelan saja oleh konsepsi­konsepsi lama, hingga bangsa Indonesia akan ikut terombang ambing di tepi jurang malapetaka dan kehancuran?

Menghadapi pilihan itu, maka sebagai penggali, pencetus, dan pelaksana konsepsi baru yang merupakan alternatif itu, bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan perspektif, seperti ditegaskan Presiden tadi.

Dalam hubungan itulah strategis sekali himbauan Presiden Soeharto ketika kembali dari kunjungan kenegaraan ke Turki, Rumania, dan Hongaria, September lalu.

Presiden menegaskan, setelah kunjungan itu keyakinan kepada sistem yang kita kembangkan berdasarkan konsepsi yang kita anut makin lebih mantap.

Oleh sebab itu, Presiden menghimbau agar dalam GBHN yang akan menjadi sumber Pelita V nanti, strategi pembangunan jangka panjang tahap kedua sudah harus disinggung. Tujuannya, agar bangsa ini tidak kehilangan perspektif. (RA)

 

 

Jakarta, Suara Karya,

Sumber : SUARA KARYA (07/12/1985)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 86-88.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.