JANGAN KURAS HABIS SUMBER DAYA ALAM

JANGAN KURAS HABIS SUMBER DAYA ALAM

 

 

PRESIDEN :

Presiden Soeharto menekankan kembali bahwa usaha menjaga kelestarian hutan akan bertambah penting sebab pembangunan yang dilakukan makin lama akan makin besar dan luas.

Janganlah hendaknya dalam melaksanakan pembangunan sekarang ini kita menguras habis sumber daya alam kita, sehingga tidak ada lagi yang tersisa bagi generasi mendatang yang akan melanjutkan pembangunan secara lebih besar dan lebih luas lagi, kata Kepala Negara.

Presiden menyatakan hal itu dalam amanatnya pada peresmian sepuluh pabrik kayu lapis Propinsi Maluku di Ambon Rabu pagi.

Presiden minta agar para pengusaha hutan, melaksanakan sungguh-­sungguh persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Ia berkata : “Hendaknya disadari bahwa persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan itu adalah untuk kepentingan kita semua, termasuk untuk kepentingan pengusaha sendiri. Tujuannya tidak lain adalah untuk memanfaatkan kekayaan alam kita bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat dan untuk menjaga kelestarian hutan sebagai sumber daya alam yang sangat penting”

Melalui industri yang mengolah kekayaan alam menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, nilai kekayaan alam itu bertambah besar atau ada nilai tambahnya. Jika kekayaan alam itu diolah di negara lain, maka nilai tambahnya akan dinikmati oleh orang lain pula, kata Kepala Negara.

Oleh karena itu dengan makin banyak mengolah kekayaan alam di negeri sendiri maka nilai tambahnya pun akan dinikmati oleh masyarakat pula, tegasnya.

Pabrik-pabrik yang diresmikan ini menghasilkan kayu lapis, kayu gergajian, papan dan kayu olahan lainnya dalam jumlah besar yang diperlukan tidak saja untuk pasaran dalam negeri yang terus meningkat tetapi juga untuk memperbesar ekspor non migas, kata Presiden.

Ia mengingatkan, ketergantungan penerimaan devisa yang besar pada ekspor minyak dan gas alam mengandung kerawanan-kerawanan bagi kelanjutan pembangunan.

Presiden mengemukakan, usaha untuk meningkatkan ekspor barang di luar minyak bumi dan gas alam telah mulai menunjukkan hasilnya.

Pada awal sambutannya, Presiden menyatakan kegembiraannya dapat berada kembali di tengah-tengah masyarakat Propinsi Maluku serta menyaksikan perubahan-perubahan besar di daerah ini yang dihasilkan oleh pembangunan.

Kepala Negara mengatakan, apa yang disaksikan pada upacara sekarang ini merupakan cermin dari tekad kita untuk mengolah segala kekayaan alam di bumi Indonesia, oleh tenaga dan kemampuan kita sendiri dan untuk sebesar besarnya bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Presiden dan rombongan yang tiba di Ambon hari Selasa, kembali ke Jakarta Rabu siang. Presiden disertai Menko Polkam Surono, Mensesneg Sudharmono, Mendagri Supardjo Rustam, Menteri Negara Perumahan Rakyat Cosmas Batubara, Menteri Perindustrian Hartarto, Menteri Kehutanan Sudjarwo, Menmuda Sekkab Drs. Murdiono, Menmuda UPPDN Ginanjar Kartasasmita dan Pangab Jenderal TNI L.B. Murdani.

lnvestasi Rp 775 Miliar

Sepuluh pabrik kayu lapis yang diresmikan itu masing-masing terletak di Kabupaten Maluku Tengah 5 buah, di Kabupaten Maluku Utara 3 buah, di Kotamadya Ambon 2 buah.

Upacara peresmian dilakukan di desa Batugong, 13 kilometer sebelah timur kota Ambon di mana terletak pabrik kayu lapis PT. Jati Dharma Indah Plywood dan PT. Jati Cemerlang.

Pabrik-pabrik yang terletak di Maluku Tengah di kelola PT. Cora Prama Plywood, PT. Malex Indah Plywood, PT. Green Timber Jaya, PT. Artika Optima Inti (keempatnya di Waisarisa, P. Seram) dan PT. Wainabe Wood Industri di P.Buru.

Yang di Maluku Utara dikelola PT. Pan Tunggal Indah (Desa Sidangole, P. Halmahera), PT. Taliabu Pasific Forestry dan PT. Mangole Timber (ke duanya di Desa Falabisahaya, P. Mangole).

Investasi bagi sepuluh pabrik itu sampai sekarang berjumlah Rp. 133 miliar dan di perkirakan apabila sudah dikembangkan investasi industri pengolahan kayu di Maluku itu akan mencapai Rp. 775 miliar.

Tingkat produksi pada waktu di resmikan lebih dari 160.000 M3 kayu lapis setahun. Nanti apabila pabrik-pabrik itu sudah mencapai kapasitas penuh pada tahun 1986 atau 1987 diharapkan produksi total mencapai lebih dari 500.000 M3 per tahun.

Delapan pabrik yang diresmikan itu sudah memproduksi dan mengekspor kayu lapis, sedang dua lainnya baru tahap produksi percobaan.

Produksi kayu lapis sejak Juni 1983 sampai Desember 1984 tercatat 171.000 M3. Dari jumlah itu lebih dari 105.000 M3 telah di ekspor dengan nilai 25,3 juta dolar AS.

Mulai tahun  1986/1987 devisa yang di peroleh dari ekspor kayu lapis Maluku itu diharapkan mencapai 144 juta dolar AS setahun, berarti akan lebih besar dibanding devisa total dari ekspor tiga jenis komoditi Maluku tahun 1984 yang mencatat 97,9 juta dolar AS.

Kayu lapis dari Maluku itu diekspor ke beberapa negara di Timur Tengah, Kanada, Amerika Serikat, Singapura, Hongkong dan Australia.

Di samping kayu lapis (plywood), industri pengolahan kayu di Maluku juga akan menghasilkan blockboard, particle board, veneer, bahan baku industri meubel serta ada rencana pula membuat arang briket untuk di ekspor.

Tenaga kerja yang dapat di serap oleh industrl pengolahan kayu itu diharapkan mencapai sekitar 25.000 orang, sebagian besar didatangkan dari luar Propinsi Maluku dalam rangka Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) karena tenaga kerja setempat hanya mampu mengisi 25 persen dari jumlah yang diperlukan.

Penduduk di Propinsi Maluku dewasa ini tercatat sekitar 1,5 juta jiwa yang tersebar di hampir seribu buah pulau besar kecil. Di Kotamadya Ambon, ibu kota propinsi tersebut, terdapat penduduk berjumlah sekitar 400.000 jiwa. (RA)

 

Ambon, Antara

Sumber : ANTARA (16/01/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 300-303.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.