JANGAN RAGU HADAPI COBAAN DENGAN PERLAWANAN
Presiden Pada Peringatan Isra Mi’raj
Perjuangan untuk mewujudkan cita-cita yang luhur menuntut keyakinan yang kuat dan kepercayaan kepada diri sendiri. Oleh sebab itu kita tidak boleh ragu-ragu sedikit pun dalam menghadapi berbagai cobaan, ujian, rintangan dengan perlawanan.
Demikian dikatakan oleh Presiden Soeharto pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW Rabu malam di Mesjid Istiqlal, Jakarta.
Menurut Presiden, makin tinggi cita-cita, maka akan makin banyak pula cobaan dan ujian yang akan dialami dan akan hebat pula rintangan dan perlawanan yang akan dihadapi.
“Hal itu perlu kita sadari, justru karena bangsa kita yang sedang melaksanakan tugas nasional yang luhur, pembangunan bangsa di segala bidang, pembangunan nasional kita merupakan perjuangan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan, cita-cita untuk membangun sebuah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila”, kata Presiden.
Isra Mi’raj adalah suatu pengalaman keagamaan yang sangat penting bagi kehidupan Nabi, umat Islam. Lebih dari itu, ia juga memberikan banyak pelajaran bagi kaum muslimin agar benar-benar menghayati nilai-nilai dan norma-norma Islam yang luhur.
Dengan peristiwa Isra Mi ‘raj itu Nabi Muhanunad seakan akan diingatkan agar jangan tenggelam dalam kesedihan.
“Tuhan mengutus beliau untuk mengajarkan risalah Ilahi tidak akan meninggalkan beliau. Tuhan adalah Pelindung dan Pembela siapapun yang menegakkan kebenaran. Karena itu Nabi tidak perlu ragu-ragu dalam meneruskan perjuangan beliau, yang tentu akan menghadapi sikap permusuhan yang lebih keras lagi dari kaum musyrikin Mekkah yang menentang ajaran Tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW”, kata Presiden.
Tugas Umat
Lebih lanjut Presiden Soeharto mengatakan, pembangunan kehidupan beragama, pertama-tama tentu saja merupakan tugas umat beragama sendiri.
Peranan Pemerintah terutama lebih bersifat mendukung segala usaha umat beragama untuk meningkatkan dan mengembangkan perikehidupan beragama bangsa Indonesia. Ini tidak berarti pemerintah bersifat pasif apalagi lepas tangan.
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional Indonesia, Pemerintah bukan hanya membangun tempat-tempat ibadah dan sarana kehidupan keagamaan lainnya, melainkan juga mempelopori berbagai usaha dan kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan kehidupan beragama bangsa Indonesia.
“Karena itu masih adanya anggapan bahwa pemerintah berusaha mengurangi peranan agama atau memojokkan umat beragama, sama sekali tidak beralasan”, tegas Presiden.
Kita bertekad bulat untuk mengembangkan kehidupan beragama yang sehat, semarak dan kreatif. Untuk itu diperlukan wawasan yang luas, sikap yang terbuka dan program yang selaras dengan perkembangan masyarakat.
Intensitas Umat
Menteri Agama H. Munawir Sjadzali dalam kesempatan itu mengatakan, perjuangan Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun menjadi Rasul sungguh diwarnai oleh perhatian yang begitu besar terhadap kepentingan umat.
Di luar ibadah-ibadah yang wajib dan baku, Nabi menggunakan dua ukuran intensitas peribadatan satu ukuran untuk Nabi sendiri, yang berat dan ketat, sedangkan satu ukuran lagi untuk umat yang jauh lebih ringan dan Nabi menghimbau agar umat jangan mencoba mempergunakan ukuran intensitas yang dikarenakannya kepada diri Nabi pribadi.
Kepada para imam shalat jamaah, Nabi menghimbau agar memilih surat-surat Al Qur’an yang pendek, atas pertimbangan bahwa di antara anggota jamaah mungkin terdapat orang-orang yang lemah atau sakit yang tidak tahan berdiri lama. (RA)
…
Jakarta, Kamis, Merdeka
Sumber : MERDEKA (19/04/85)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 224-225.