Bandung,……….1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
Mantan Presiden RI
di Jl. Cendana No. 8
Jakarta
JANGAN TERLALU DEFENSIF [1]
Dengan hormat,
Membaca berita-berita di beberapa harian, nampaknya posisi Bapak terpojokkan mengenai yayasan yang dipermasalahkan.
Nampaknya pula, Bapak terlalu definitif dalam hal ini, sehingga dapat menimbulkan pandangan yang kurang pada tempatnya kepada Bapak beserta keluarga. Saya turut pihatin atas hal yang seharusnya tidak perlu terjadi ini.
Menurut pemberitaan, masalah ini sedang diaudit. Bapak memerlukan pembantu (seorang ataupun suatu tim) dalam hal forensic accounting/akuntansi kehakiman.
Seseorang yang memiliki keahlian akuntansi kehakiman ini harus seorang akuntan yang mempunyai wawasan luas dalam bidang hukum positif, atau dapat juga seorang ahli hukum yang memiliki wawasan luas tentang akuntansi.
Seorang atau tim akuntansi kehakiman ini, berdasarkan pengalaman yang ada, akan sangat membantu dalam menjernihkan masalah keuangan Yayasan.
Ahli akuntansi kehakiman ini dapat pula membantu mengklasifikasi masalah keuangan dengan terang dalam rangka penelitian ataupun menjawab pertanyaan yang dikembangkan oleh kejaksaan maupun pengadilan perdata/pidana.
Mudah-mudahan apa yang dikemukakan dapat membantu Bapak, agar jangan terlalu defensif. (DTS)
Hormat saya,
C.M. Tanadi
Jawa Barat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 833. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.