Perth, 26 September 1998
Kepada
Yth. Bapak H. Soeharto
di tempat
KACANG LUPA KULIT [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Pertama-tama saya mohon maaf karena telah memberanikan diri menulis surat kepada Bapak.
Saya ibu rumah tangga (3 orang anak) berasal dari Bandung, yang sedang menemani anak-anak saya sekolah di kota Perth sejak bulan Agustus 1998.
Saya gembira melihat Bapak di TV (mengunjungi Kejaksaan Agung) dalam keadaan sehat wal’ afiat.
Saya sangat prihatin dengan apa yang menimpa Bapak dan keluarga. Saya sangat tidak dapat menerima perlakuan orang/masyarakat terhadap Bapak. Mudah-mudahan Bapak senantiasa diberi kekuatan lahir dan bathin dari Allah swt.
Saya sangat berterima kasih atas segala yang Bapak lakukan bagi negara dan bangsa Indonesia, hanya Allahlah yang mampu membalasnya.
Saya senantiasa menghormati Bapak layaknya seorang anak menghormati orangtuanya. Rasanya banyak perlakuan tidak pantas yang Bapak terima, mengapa kacang suka lupa pada kulitnya.
Mudah-mudahan anak-anak saya kelak dapat berbakti, sebaik baiknya berbakti bagi masyarakat, negara dan bangsa Indonesia. Saya berharap semoga keadaan di Indonesia segera bertambah baik. (DTS)
Wassalamu’ alaikum wr. wb.
Rani Soeriandani
Western Australia
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 802. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.