KAIL UNTUK HIU BODOH
Presiden Soeharto memenuhi janjinya kepada para nelayan ikan hiu NTT untuk memberikan sumbangannya berupa 50 buah kail, yang disampaikan melalui Gubernur NTT, Ben Mboi, di Bina Graha, Jakarta, Sabtu.
“Silahkan dicoba dulu,” kata Presiden kepada Ben Mboi dalam acara penyerahan pancing yang berbentuk rantai dengan kaitannya yang setebal jari kelingking.
Janji Presiden itu, kata Gubernur NTT kepada wartawan, sebetulnya sudah lama dikatakan sewaktu temu wicara dengan para nelayan ikan Hiu dan Paus di Kupang, NTT, beberapa waktu yang lalu.
Presiden ketika itu melihat adanya potensi ikan hiu yang disebut “hiu botol” atau “hiu bodoh” yang bisa menghasilkan minyak hiu atau shark liver oil sebesar 6000 – 7000 ton sebagai potensi lestari.
Menurut Ben Mboi, Indonesia baru setahun mempunyai pengetahuan tentang minyak Hiu. Saat ini minyak tersebut sudah diekspor antara lain ke Jepang sebanyak 150-200 ton/tahun, karena itu Gubernur NTT mengambil suatu kebijaksanaan, nelayan ikan hiu ini dijadikan anak angkat para eksportir di Jakarta.
Diperkirakan jumlah nelayan ikan hiu itu ada sekitar 60 orang. “Dengan adanya bantuan dari Presiden ini, mudah-mudahan ada perbaikan,” kata Ben Mboi.
Ikan hiu ini hidup di seluruh perairan NTT, kadang-kadang di muara sungai yang mempunyai kedalaman 200 depa. Ikan tersebut jinak sehingga disebut sebagai ikan yang bodoh, namun cara penangkapannya berbeda dengan ikan lainnya, sebab hiu ini ditangkap pada saat terang bulan. (RA)
…
Jakarta, Merdeka
Sumber : MERDEKA (08/12/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 705-706.