Malang, 18 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak Pembangunan Indonesia
H.M. Soeharto beserta Keluarga
Jl. Cendana No. 8
Jakarta
KAMI TIDAK TERPENGARUH [1]
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kami sebagai rakyat kecil menyampaikan terima kasih atas keberhasilan Bapak Soeharto selama memimpin bangsa Indonesia.
Kami yang hidup di pedesaan mendo’akan, semoga Bapak Soeharto beserta keluarga sehat-sehat dan selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amien. Kami merasa sakit hati, sedih dan tidak terima atas penghinaan terhadap Bapak oleh segelintir orang yang selama ini tidak puas terhadap keberhasilan pembangunan.
Menurut kami, orang-orang tersebut iri hati terhadap keberhasilan Bapak sehingga mereka membuat manuver-manuver yang intinya menghasut masyarakat agar tidak simpati terhadap Bapak Soeharto.
Tetapi masyarakat di pedesaan tidak terpengaruh oleh hasutan-hasutan tersebut, buktinya tidak ada gejolak apapun. Malah, masyarakat pedesaan sering mengadakan istiqhasah bersama agar negara kesatuan RI lepas dari malapetaka.
Bapak Soeharto yang kami hormati, kami sebagai kader pembangunan tetap melanjutkan perjuangan Bapak untuk membangun Bangsa dan Negara, yang berdasarkan Pancasila & UUD 1945. Kami memberi gelar kepada Bapak Soeharto sebagai “Bapak Pembangunan Indonesia”, sebab selama memimpin Negara Indonesia kami menilai Bapak sangat berhasil. Kami meminta saran dan petunjuk dari Bapak, untuk kami sampaikan kepada teman-teman yang berada di desa. (DTS)
Hormat kami,
Winarno Budimulyono
Jawa Timur – 65175
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 672. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.