Kasih Allah Tidak Berubah

Bekasi, 15 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak Haji Mohammad Soeharto

Jl. Cendana Jakarta

 

KASIH ALLAH TIDAK BERUBAH [1]

 

Dengan hormat,

Kami terdorong untuk membuat surat ini kepada Pak Harto sekeluarga, setelah mengamati secara seksama yang terjadi belakangan ini. Kami sungguh sedih, dengan apa yang Bapak sekeluarga alami. Kami dapat memahami kekecewaan mendalam yang Bapak alami sehubungan dengan perlakuan tidak adil yang menimpa diri Bapak dan keluarga.

Yang memperlakukan Bapak dengan tidak adil, di antaranya adalah mereka yang tadinya orang-orang kepercayaan Bapak. Dan dalam situasi kini rasanya tidak ada orang yang berani berdiri bersama Bapak. Do’a kami, kiranya Bapak memperoleh kekuatan dari Tuhan menghadapi semua pengalaman yang berat ini.

Pengalaman ini mengingatkan saya akan Firman Tuhan bahwa hanya sedikit saja orang yang sungguh dapat menjadi sahabat sejati, seperti diutarakan dalam Amsal 17 : 17

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi sahabat dalam kesukaran”. Mungkin Bapak kini kehilangan orang-orang tadinya Bapak percayai, dekat dengan Bapak, dan juga mereka yang Bapak anggap sebagai sahabat dekat.

Kasih mereka mungkin telah berubah namun satu hal yang ingin saya sampaikan, bahwa Allah mengasihi Bapak dengan kasih yang kekal (tidak berubah). Dan Allah akan menolong Bapak, jika Bapak percayakan masalah Bapak kepada-Nya. Walaupun Bapak tidak mengenal kami, namun kami ingin sampaikan kepada Bapak, bahwa kami mengasihi Bapak dan nama Bapak senantiasa kami dan jemaat dalam Gereja kami sebutkan setiap berdo’a.

Akhirnya, sekali lagi harapan dan do’a kami, kira-Nya Allah akan memberikan kekuatan-Nya dan menuntun Bapak sekeluarga. (DTS)

Hormat kami,

Paul Paksoal

Bekasi

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1033-1034. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.