Presiden Pada Enam Dubes RI RI HARUS MEMPEROLEH KEDUDUKAN TERHORMAT DALAM PERGAULAN INTERNASIONAL

Presiden Pada Enam Dubes RI

RI HARUS MEMPEROLEH KEDUDUKAN TERHORMAT

DALAM PERGAULAN INTERNASIONAL [1]

 

Jakarta, Kompas

Dalam waktu lima tahun mendatang, Indonesia harus memperoleh “kedudukan yang terhormat” dalam pergaulan internasional. Tapi dengan menetapkan sasaran itu, tidak berarti Indonesia kembali pada politik luar negeri “mercu suar”.

Sebab pelaksanaannya harus bertolak dari kemampuan nyata yang dimiliki. Dan tujuannya pun untuk mengusahakan cita2 yang ditetapkan dalam Pembukaan UUD sendiri. Yakni ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian dan keadilan sosial.

Demikian Presiden Soeharto menggariskan ketika melantik enam Dubes RI baru sekaligus hari Sabtu di Istana Negara. Ia menekankan, sasaran itu harus dicapai dengan haluan2 politik LN seperti ditetapkan MPR. Yaitu terus melaksanakan politik LN bebas aktif untuk kepentingan nasional, khususnya pembangunan ekonomi.

Mengambil langkah2 memantabkan stabilitas wilayah Asteng dan Pasifik Barat Daya, serta memperkuat ASEAN. Mengembangkan kerjasama dengan semua negara dan badan2 internasional. Terakhir, meningkatkan peranan membantu bangsa2 yang ingin merdeka, tanpa mengorbankan kepentingan dan kedaulatan nasional sendiri.

Keenam Dubes RI yang baru dilantik itu masing2: RM Soebagio Soerjaningrat untuk Takhta Suci (Vatikan), Marsekal Madya Sri Bimo-Arlotedjo untuk Republik Pilipina, Leijen Aehmad Tirtosudiro untuk Republik Federasi Jerman, Letjen Achmad Tahir untuk Republik Perancis, Brigjen Soetikno Loekito Diastro untuk Selandia Baru, dan Drs Frans Seda untuk Kerajaan Belgia, Kepangeranan Luksemburg dan Komisi Dewan Masyarakat2 Eropa.

Kepada mereka, Kepala Negara menegaskan arti pentingnya tugas seorang Dubes. Sebab Dubes merupakan wakil bangsa dalam arti luas. Ia tidak hanya mewakili dan mengurusi kepentingan2 RI di luar negeri. Namun harus dapat “menterjemahkan” kepribadian, cita2 dan usaha bangsa Indonesia, serta harus dapat menggalang hubungan baik dan saling pengertian dengan bangsa2 lain.

ASEAN dan MEE

Selesai pelantikan, Dubes Frans Seda mengatakan pada pers bahwa MEE kini semakin cepat berkembang. MEE kini tak hanya memusatkan diri pada soal2 ekonomi bersama mereka. Namun lebih dari itu. Dan ini tampak misalnya mereka menyebut persatuannya bukan lagi Masyarakat Ekonomi Eropa, tapi “Masyarakat2 Eropa.”

Menyinggung soal pendekatan ASEAN ke Eropa, ia mengakui hal ini tak selancar yang diharapkan. Sebab, sesungguhnya antara keduanya terdapat “pertentangan” kepentingan. ASEAN dengan SCCAN -nya ingin kelonggaran2 dalam hubungan ekonomi dengan negara2 Eropa Barat, sedang MEE justru dibentuk untuk tujuan2 proteksi. “Namun kita harus cari siasat untuk memecahkan soal ini, ujarnya. (DTS)

Sumber: KOMPAS (04/06/1973)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 129-130.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.