KELUARGA INDONESIA HARUS DIPACU JADI WAHANA PEMBANGUNAN

KELUARGA INDONESIA HARUS DIPACU JADI WAHANA PEMBANGUNAN[1]

Mataram, Antara

Menteri Negara Kependudukan/ Kepala BKKBN Dr  H Haryono Suyono menegaskan, keluarga Indonesia yang berjumlah sekitar 45 juta harus segera dipacu dan dibangkitkan agar mampu menjadi wahana pembangunan bangsa yang mandiri. Menneg mengemukakan itu dalam ceramahnya dengan topik “Pendidikan Untuk Pembangunan ” pada pembukaan temu kolegial pendidikan luar sekolah tingkat nasional VI dan Konvensi Ikatan Sarjana Pendidikan Pengembangan Sosial Indonesia (ISPPSI) 1993 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.

“Kita mengetahui bahwa kekuatan keluarga di Indonesia umumnya relatif rendah. Untuk itu diperlukan banyak paket pendidikan, supaya keluarga berpotensi untuk menjadi kekuatan handal pembangunan,” katanya.

Dikatakannya, untuk menjadi kekuatan pembangunan, setiap keluarga harus membangun dirinya sendiri dan harus memiliki sekurang-kurangnya delapan fungsi. Kedelapan fungsi itu adalah fungsi keagamaan, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi serta pembinaan lingkungan.

Menurut Haryono Suyono, fungsi-fungsi itu harus dihidupkan, sehingga aempakan cerminan nyata dari suatu gerakan pendidikan untuk pembangunan yang maha dahsyat. Dalam hubungan iniKepala BKKBN menekankan perlunya ISPPSI terjun dalam kancah pembangunan, sekaligus menyediakan diri untuk menerjemahkan phenomena-phenomena yang terdapat sekarang ini dan yang bakal muncul di masa mendatang dalam substansi yang dinamis dalam kurikulum pembangunan mandiri.

Sasaran Pembangunan

Menurut Haryono, sasaran pembangunan bidang pendidikan harus bisa mengarah kepada lahan garapan masyarakat dan keluarga yang tertinggal di desa.

Dalam kaitan ini, dia menekankan pilihan membangun pendidikan untuk pembangunan dengan sarana dan prasarana yang minim harus lebih banyak diabdikan kepada masyarakat yang belum banyak mendapat polusi informasi.

“Kalau ini yang menjadi pilihan, maka dengan sendirinya kita harus benar-benar menjadikan diri kita suatu kekuatan yang dilengkapi dengan pengetahuan luas tentang latar belakang dan ciri-ciri selengkap-lengkapnya dari sasaran yang kita tuju, “katanya. “Dalam kiprah tersebut, Hari Keluarga Nasional yang dicanangkan Presiden Soeharto pada 29 Juni 1993 dapat dijadikan simbol pemacu dan pemicu untuk menjadikan keluarga sebagai wahana pembangunan ‘bangsa, ” demikian Haryono Suyono.

Temu kolegial yang berlangsung selama tiga hari itu diikuti 151 pakar dari berbagai disiplin ilmu perguruan tinggi negeri dan swasta seluruh Indonesia, dan hasilnya untuk masukan kepada pemerintah dalam menghadapi PJPT II termasuk pembangunan di sektor pendidikan.  (U-Mtr.002/Mtr.001/DN01/RE2)

Sumber:ANTARA(04 /10/1993)

________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 914-915.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.