Kerudung Mba Tutut

Mataram, 22 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

di Jakarta

KERUDUNG MBAK TUTUT [1]

Bapak Soeharto yang kami cintai,

Assalamu’alaikum wr. wb.

Terlebih dahulu saya berdoa semoga Bapak tetap dalam keadaan sehat wal afiat dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT, adanya. Amin.

Sampai hari ini saya belum dapat menghilangkan kesedihan saya yang mendalam atas berhentinya Bapak sebagai presiden.

Saya dan suami beserta anak-anak mantu saya menitikkan air mata saat menyaksikan kepergian Bapak dari istana yang didampingi oleh putri Bapak Ibu Tutut yang juga sangat saya kagumi sebagai pelopor pakaian muslim bagi Ibu-ibu kelas atas yang mana sebelum Ibu Tutut memakai kerudung maka berkerudung belumlah populer. Bersama ini pula saya sampaikan salam hormat saya kepada beliau.

Mohon maaf Pak, karena sebelumnya saya belum memperkenalkan diri saya. Saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa punya 9 orang anak dan 3 orang cucu. 2 orang anak saya (putri) masih kuliah sambil kerja dan yang paling kecil masih duduk di kelas II SMP. Saya sangat mengagumi Bapak sebagai seorang Bapak yang patut dicontoh oleh Bapak-Bapak lainnya.

Kami bangga pernah punya presiden yang tegar dan bijak dalam menghadapi situasi apapun semoga Bapak panjang umur dan selalu berada di dalam lindungan Allah SWT, kehendak­Nya. Amin ….

Kami sekeluarga tetap mengenang Bapak sebagai seorang presiden yang luar biasa tenang dengan wajah yang membawa keteduhan. Semo­ga Bapak tetap sehat.

Demikian surat saya sekeluarga kepada Bapak sekeluarga, kami tetap merindukan Bapak. (DTS)

Hormat saya.

Ny. Hj. ST. Asmah Anwar

Mataram

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 695-696. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.